Detail Cantuman
Text
Mendekap yang Terhempas : Masalah-masalah Sosial dan Strategi Pastoral Konseling
1034056201 | 253.5 MAN m C-1 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
1034057202 | 253.5 MAN m C-2 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1034058203 | 253.5 MAN m C-3 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1034059204 | 253.5 MAN m C-4 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1034060205 | 253.5 MAN m C-5 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1034061206 | 253.5 MAN m C-6 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Istilah pastoral berasal dari kata pastor (Latin) atau poimen (Yunani) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai gembala (Harseno, 2007). Tugas seorang gembala adalah mencari, merawat dan memelihara serta menjaga dan melindungi kawanan (Wikanta, Widjojo & Tim PPKS, 2004). Karena itu, pastoral adalah kegiatan untuk mencari dan mengunjungi, menerima dan mendengarkan umat terutama yang sedang bergumul dengan persoalan-persoalan atau kesulitan-kesulitan yang menghimpit hidupnya. Selain mendengarkan mereka, seorang gembala juga memberitakan Sabda Tuhan sesuai dengan kondisi umatnya sehingga umat dikuatkan dan ditolong untuk mengatasi kemelut yang dihadapi dalam terang iman dan sabda.
Sementara itu, secara etimologis konseling (counseling) berasal dari bahasa Latin yaitu counsilium yang berarti bersama atau berbicara bersama (Prayitno & Amti Erman, 2004). Pengertian berbicara bersama dalam konseling adalah pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa orang konseli (counselee).
Dalam berbagai literatur, konseling diuraikan dalam bermacam-macam pengertian dengan penekanan masing-masing, entah memberikan penekanan pada konseli maupun pada konselor. Walaupun demikian, ada kesamaan dalam perumusan yang dapat disimpulkan sebagai berikut: Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli terdidik dan terlatih (educated and trained counselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (counselee) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli (Manu, 2018).
Buku ini akan mengulas tema tentang Pasrotal Konseling. Apa itu Pastoral Konseling? Pastoral Konseling (pastoral counseling) merupakan bagian dari pendampingan pastoral (pastoral care) dan menjadi tanggung jawab dalam pelayanan pastoral (pastoral ministry). Pastoral ministry (pelayanan pastoral) meliputi fungsi-fungsi utama seperti berkhotbah, mengajar, mimimpin ibadah, memimpin dan melayani umat, dan lain sebagainya. Pastoral care (pendampingan pastoral) adalah seluruh lingkup kontak pertolongan yang terjadi antara pastor dan anggota umatnya, yang meliputi aktivitas pelayanan yang tak terbatas seperti: mengunjungi orang-orang yang sakit, melayani sakramen minyak suci, memberi kekuatan kepada orang-orang yang mengalami peristiwa kematian atau menghibur yang mengalami kehilangan, dan sebagainya.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tantangan hidup yang dialami manusia di zaman modern ini pun semakin kompleks. Konflik, persaingan, kecemasan, kecurigaan, kebencian, cemburu, iri hati dan pelbagai macam hal negatif lainnya merupakan realitas konkrit yang tak dapat dihindari. Emosi-emosi negatif seperti stres, cemas, dan depresi berkembang sebagai penyakit-penyakit yang mengganggu kehidupan manusia. Orang menjadi lelah, tak berdaya dan kehilangan harapan. Keterasingan terjadi, kehidupan batin pun menjadi kering.
Menghadapi realitas ini, kebutuhan akan pelayanan pastoral konseling menjadi sangat mendesak. Para imam dan agen-agen pastoral lainnya harus siap melayani umat yang sedang mengalami konflik, persaingan dan penyakit-penyakit psikologis lainnya. Dengan kata lain, sebagaimana tersurat pada judul buku ini, pastoral konseling adalah sebuah jalan atau strategi bagi para pelayan pastoral untuk mendekap mereka yang terhempas. Untuk itu, diperlukan suatu pengetahuan yang cukup, baik mengenai dasar-dasar iman, Kitab Suci, dan pelbagai macam hal lain sehubungan dengan pelayanan pastoral konseling.
Buku ini disusun untuk memberikan gambaran dan dasar yang perlu dimiliki oleh para imam, katekis dan agen-agen pastoral lainnya yang setiap harinya berhubungan dengan umat. Selain hal-hal teoretis, penulis dalam kerja sama dengan mahasiswa pasca sarjana program Magister Teologi Kontekstual Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero yang mengikuti mata kuliah pastoral konseling juga mengidentikasi beberapa persoalan praktis, mendiskusikan dalam ruang kuliah dan mencari alternatif-alternatif penyelesaian dalam pelayanan pastoral konseling. Persoalan-persoalan pastoral yang dibahas adalah suanggi, narkoba, perdagangan manusia, seks bebas di kalangan remaja, orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), serta perselingkuhan.
Pastoral konseling adalah suatu proses pembebasan berdasarkan pelayanan Yesus sendiri. Jika pembebasan bangsa Israel dari penindasan merupakan suatu pradigma yang adekuat untuk membingkai proses pastoral konseling, motif pembebasan yang sama menemukan kepenuhannya dalam Yesus sebagai pembebas baru. Yesus yang datang dari Allah, menjadi sama seperti kita dan kemudian kembali kepada Allah; Dia mengumpulkan kita sekalian dengan-Nya untuk menyatukan kita dengan Allah. Pelayanan Yesus memampukan orang untuk hidup dalam pembebasan Roh Allah.
Pelayanan pastoral konseling adalah salah satu bentuk dalam mana pelayanan Yesus mengambil tempat pada masa sekarang ini. Pelayanan ini akan membawa pembebasan bagi yang tertindas, kegembiraan bagi yang berduka, penglihatan bagi yang buta dan lain sebagainya. Pelayanan itu dilakukan oleh konselor pastoral yang mengidentifikasi pelayanannya dengan pelayanan Yesus yang memanggil setiap orang untuk datang kepada-Nya agar beban mereka diringankan.
Pastoral konseling melibatkan Allah dalam seluruh prosesnya. Konseling menjadi pastoral pada saat konseli atau konselor mulai memusatkan hubungan mereka dengan Allah dalam proses kehidupan mereka. Konseli yang datang mengikuti proses pastoral konseling perlu merasakan sentuhan kasih Allah yang membebaskan. Karena itu dimensi rohani harus muncul dalam setiap situasi pastoral konseling. Dalam kerangka ini konseling pastoral menempatkan Allah sebagai pribadi ketiga dalam proses konseling; konseling pastoral menjadi trialogue.
Kesadaran akan Allah sebagai realita menjadikan konseling itu pastoral. Bagi banyak orang Allah itu hanya konsep saja, tidak bisa dialami dalam kehidupan; Ia tidak riil (lih. Mazmur 23). Kesadaran bahwa Roh Allah melintasi pribadi manusia sebagai pusat dari semua realita, harus mempengaruhi secara mendalam pada setiap hal yang kita lakukan termasuk dalam proses konseling.
Keunikan pendidikan bagi seorang konselor pastoral ialah bahwa ia dididik dalam dua disiplin yaitu teologi dan psikologi. Pengetahuan di bidang teologi memampukan konselor untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang mengalami hambatan dan masalah pertumbuhan yang berpusat di sekitar dilema etis, konflik religius, kekacauan nilai, dan keprihatinan akhir seperti pencarian suatu makna kehidupan dan penanggulangan ketakutan akan kematian. Pertumbuhan rohani merupakan tujuan hakiki dalam semua pendampingan dan konseling. Para konselor pastoral bertugas membantu perkembangan keutuhan rohani sebagai inti dari pertumbuhan pribadi secara utuh dan memampukan konseli untuk bergaul secara terbuka dan murni dengan orang lain serta membuka diri atau berhubungan dengan Allah. Pengetahuan di bidang psikologi memampukan konselor untuk mengerti dan memahami kehidupan jiwa, perasaan, kehendak, maupun tingkah laku lain dari konselinya.
Keahlian seorang konselor pastoral adalah membantu keutuhan spiritual sebagai pusat dari pertumbuhan manusia secara utuh. Mendorong keutuhan spiritual hendaknya merupakan sasaran yang eksplisit di dalam pikiran seorang konselor pastoral, walaupun itu tidak dibicarakan secara khusus dalam proses konseling. Apa saja yang konselor perbuat untuk menambah kemampuan seseorang mengadakan relasi secara terbuka dan otentik dengan orang lain, akan bisa membantu orang itu membuka suatu relasi yang lebih utama dengan Allah. Relasi yang terus bertumbuh dengan Allah merupakan aspek yang terpenting bagi keutuhan total hidup manusia.
Sementara itu, secara etimologis konseling (counseling) berasal dari bahasa Latin yaitu counsilium yang berarti bersama atau berbicara bersama (Prayitno & Amti Erman, 2004). Pengertian berbicara bersama dalam konseling adalah pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa orang konseli (counselee).
Dalam berbagai literatur, konseling diuraikan dalam bermacam-macam pengertian dengan penekanan masing-masing, entah memberikan penekanan pada konseli maupun pada konselor. Walaupun demikian, ada kesamaan dalam perumusan yang dapat disimpulkan sebagai berikut: Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli terdidik dan terlatih (educated and trained counselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (counselee) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli (Manu, 2018).
Buku ini akan mengulas tema tentang Pasrotal Konseling. Apa itu Pastoral Konseling? Pastoral Konseling (pastoral counseling) merupakan bagian dari pendampingan pastoral (pastoral care) dan menjadi tanggung jawab dalam pelayanan pastoral (pastoral ministry). Pastoral ministry (pelayanan pastoral) meliputi fungsi-fungsi utama seperti berkhotbah, mengajar, mimimpin ibadah, memimpin dan melayani umat, dan lain sebagainya. Pastoral care (pendampingan pastoral) adalah seluruh lingkup kontak pertolongan yang terjadi antara pastor dan anggota umatnya, yang meliputi aktivitas pelayanan yang tak terbatas seperti: mengunjungi orang-orang yang sakit, melayani sakramen minyak suci, memberi kekuatan kepada orang-orang yang mengalami peristiwa kematian atau menghibur yang mengalami kehilangan, dan sebagainya.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tantangan hidup yang dialami manusia di zaman modern ini pun semakin kompleks. Konflik, persaingan, kecemasan, kecurigaan, kebencian, cemburu, iri hati dan pelbagai macam hal negatif lainnya merupakan realitas konkrit yang tak dapat dihindari. Emosi-emosi negatif seperti stres, cemas, dan depresi berkembang sebagai penyakit-penyakit yang mengganggu kehidupan manusia. Orang menjadi lelah, tak berdaya dan kehilangan harapan. Keterasingan terjadi, kehidupan batin pun menjadi kering.
Menghadapi realitas ini, kebutuhan akan pelayanan pastoral konseling menjadi sangat mendesak. Para imam dan agen-agen pastoral lainnya harus siap melayani umat yang sedang mengalami konflik, persaingan dan penyakit-penyakit psikologis lainnya. Dengan kata lain, sebagaimana tersurat pada judul buku ini, pastoral konseling adalah sebuah jalan atau strategi bagi para pelayan pastoral untuk mendekap mereka yang terhempas. Untuk itu, diperlukan suatu pengetahuan yang cukup, baik mengenai dasar-dasar iman, Kitab Suci, dan pelbagai macam hal lain sehubungan dengan pelayanan pastoral konseling.
Buku ini disusun untuk memberikan gambaran dan dasar yang perlu dimiliki oleh para imam, katekis dan agen-agen pastoral lainnya yang setiap harinya berhubungan dengan umat. Selain hal-hal teoretis, penulis dalam kerja sama dengan mahasiswa pasca sarjana program Magister Teologi Kontekstual Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero yang mengikuti mata kuliah pastoral konseling juga mengidentikasi beberapa persoalan praktis, mendiskusikan dalam ruang kuliah dan mencari alternatif-alternatif penyelesaian dalam pelayanan pastoral konseling. Persoalan-persoalan pastoral yang dibahas adalah suanggi, narkoba, perdagangan manusia, seks bebas di kalangan remaja, orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), serta perselingkuhan.
Pastoral konseling adalah suatu proses pembebasan berdasarkan pelayanan Yesus sendiri. Jika pembebasan bangsa Israel dari penindasan merupakan suatu pradigma yang adekuat untuk membingkai proses pastoral konseling, motif pembebasan yang sama menemukan kepenuhannya dalam Yesus sebagai pembebas baru. Yesus yang datang dari Allah, menjadi sama seperti kita dan kemudian kembali kepada Allah; Dia mengumpulkan kita sekalian dengan-Nya untuk menyatukan kita dengan Allah. Pelayanan Yesus memampukan orang untuk hidup dalam pembebasan Roh Allah.
Pelayanan pastoral konseling adalah salah satu bentuk dalam mana pelayanan Yesus mengambil tempat pada masa sekarang ini. Pelayanan ini akan membawa pembebasan bagi yang tertindas, kegembiraan bagi yang berduka, penglihatan bagi yang buta dan lain sebagainya. Pelayanan itu dilakukan oleh konselor pastoral yang mengidentifikasi pelayanannya dengan pelayanan Yesus yang memanggil setiap orang untuk datang kepada-Nya agar beban mereka diringankan.
Pastoral konseling melibatkan Allah dalam seluruh prosesnya. Konseling menjadi pastoral pada saat konseli atau konselor mulai memusatkan hubungan mereka dengan Allah dalam proses kehidupan mereka. Konseli yang datang mengikuti proses pastoral konseling perlu merasakan sentuhan kasih Allah yang membebaskan. Karena itu dimensi rohani harus muncul dalam setiap situasi pastoral konseling. Dalam kerangka ini konseling pastoral menempatkan Allah sebagai pribadi ketiga dalam proses konseling; konseling pastoral menjadi trialogue.
Kesadaran akan Allah sebagai realita menjadikan konseling itu pastoral. Bagi banyak orang Allah itu hanya konsep saja, tidak bisa dialami dalam kehidupan; Ia tidak riil (lih. Mazmur 23). Kesadaran bahwa Roh Allah melintasi pribadi manusia sebagai pusat dari semua realita, harus mempengaruhi secara mendalam pada setiap hal yang kita lakukan termasuk dalam proses konseling.
Keunikan pendidikan bagi seorang konselor pastoral ialah bahwa ia dididik dalam dua disiplin yaitu teologi dan psikologi. Pengetahuan di bidang teologi memampukan konselor untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang mengalami hambatan dan masalah pertumbuhan yang berpusat di sekitar dilema etis, konflik religius, kekacauan nilai, dan keprihatinan akhir seperti pencarian suatu makna kehidupan dan penanggulangan ketakutan akan kematian. Pertumbuhan rohani merupakan tujuan hakiki dalam semua pendampingan dan konseling. Para konselor pastoral bertugas membantu perkembangan keutuhan rohani sebagai inti dari pertumbuhan pribadi secara utuh dan memampukan konseli untuk bergaul secara terbuka dan murni dengan orang lain serta membuka diri atau berhubungan dengan Allah. Pengetahuan di bidang psikologi memampukan konselor untuk mengerti dan memahami kehidupan jiwa, perasaan, kehendak, maupun tingkah laku lain dari konselinya.
Keahlian seorang konselor pastoral adalah membantu keutuhan spiritual sebagai pusat dari pertumbuhan manusia secara utuh. Mendorong keutuhan spiritual hendaknya merupakan sasaran yang eksplisit di dalam pikiran seorang konselor pastoral, walaupun itu tidak dibicarakan secara khusus dalam proses konseling. Apa saja yang konselor perbuat untuk menambah kemampuan seseorang mengadakan relasi secara terbuka dan otentik dengan orang lain, akan bisa membantu orang itu membuka suatu relasi yang lebih utama dengan Allah. Relasi yang terus bertumbuh dengan Allah merupakan aspek yang terpenting bagi keutuhan total hidup manusia.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 253.5 MAN m |
Penerbit | Penerbit Ledalero : Maumere., 2023 |
Deskripsi Fisik | viii + 290 hlm.; 21 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 978-623-6724-24-8 |
Klasifikasi | 253.5 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1 |
Subyek | Pastoral Konseling |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Maximus Manu |
Tidak tersedia versi lain