Tujuan dari penulisan tesis ini adalah pertama, untuk mendeskripsikan SMK-PP St. Isidorus Boawae. Kedua, untuk menjelaskan isi dari Gravissimum Educationis. Ketiga untuk menjelaskan transformasi pendidikan, Keempat, untuk menguraikan dan menjelaskan peran guru dalam transformasi pendidikan di SMK-PP St. Isidorus Boawae. Metode yang dipakai dalam penulisan tesis ini ialah studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Studi kepustakaan berfokus pada dokumen Gravissimum Educationis dan literatur pendukung lainnya yang bertujuan menemukan poin-poin penting mengenai peran guru dalam transformasi pendidikan. Penelitian lapangan berfokus pada kajian mengenai peran para guru di SMK PP. St. Isidorus Boawae dalam transformasi pendidikan menurut Gravissimum Educationis Dalam melakukan penelitian di lapangan penulis memilih beberapa orang untuk menjadi subjek penelitian dengan metode random sampling yaitu setiap orang mempunyai peluang atau probabilitas yang sama untuk diwawancarai. Orang-orang atau responden yang menjadi subjek penelitian adalah para guru yang mengabdi di lembaga pendidikan SMK-PP St. Isidorus Boawae, kepala sekolah dan para siswa data-data tersebut kemudian dianalisis. Terdapat enam poin penting yang merupakan peran guru dalam Gravissimum Educationis. Sebagai pengemban misi sekolah guru berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan penilaian secara cermat, membangkitkan kemampuan bertindak secara pribadi, memperkenalkan warisan budaya dan meningkatkan kesadaran akan tata nilai, membangun kesadaran etis dan kepekaan sosial, serta membangun kerja sama yang dialogis. Dalam proses penyelenggaraan pendidikan di SMK-PP St. Isidorus Boawae guru menjalankan perannya seturut pernyataan Gravissimum Educationis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran yang dijalankan oleh guru menjadikan SMK-PP St. Isidorus Boawae sebagai komunitas pendidikan berdaya transformatif yang terlibat dalam mencapai pertumbuhan budaya, berkomitmen terhadap perbaikan diri dan kebaikan bersama dengan semangat keterbukaan terhadap keberagaman dan dialog, serta mengantar manusia pada perjumpaan dengan Kristus sebagai model manusia sempurna. Meskipun demikian, di masa yang akan datan pendidikan tetap memiliki tantangan tersendiri. Karena itu, para guru mesti tetap harus terus belajar pada Yesus sebagai guru transformatif yang mengajar melalui keteladanan hidup, tidak memaksa kemauan atau kehendak-Nya sendiri, mengajar secara jujur dan dengan tujuan yang jelas, mengajar sesuai konteks pendengar dan memiliki wewenang dan pada akhirnya mendorong setiap orang kepada pertobatan atau metanoia.