Detail Cantuman
Text
Pengantar Linguistik Nariq Edang : Sebuah Kajian Tentang Struktur Internal Bahasa Kedang
1036026201 | NTT 410.5986851 WUL p | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
1036027202 | NTT 410.5986851 WUL p | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
1036028203 | NTT 410.5986851 WUL p | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
Seorang linguis terkemuka Indonesia, yang selain banyak menulis tentang linguistik, juga menaruh perhatian khusus pada metodologi penelitian linguistik adalah Sudaryanto. Dia menyebut empat ciri objektif yang menentukan bahasa tertentu sebagai bahasa yang perlu diberi prioritas untuk diteliti, yaitu: 1). alamiah hidupnya; 2). lisan penghadirannya; 3). normal pemakainya; 4). wajar (situasi) pemakaiannya. Selain keempat ciri objektif tersebut, ada sebuah ciri subjektf, yakni: hubungan bahasa yang diteliti itu dengan penelitinya. Atau dari perspektif peneliti: ada penghayatan terhadap bahasa tersebut oleh penelitinya (Sudaryanto, 1992: 45).
Pemilihan bahasa Kedang sebagai objek penelitian sungguh memenuhi empat ciri objektif di atas. Keunggulan Penulis buku ini sebagai penutur asli, yakni memiliki hubungan dengan bahasa objek kajiannya tersebut. Inilah ciri subjektif, yang Sudaryanto sebut “penghayatan” terhadap bahasa yang ditelitinya. Memiliki penghayatan berarti tidak sekadar “memahami dalam arti menangkap objeknya dengan nalar secara diskursif, tahap demi tahap, sebagian demi sebagian, melainkan mampu menangkap objeknya secara serta-merta, sekaligus, dan menyeluruh dengan intuisinya”
Buku yang ditulis berdasarkan penelitian lapangan ini mengkaji secara lengkap keseluruhan struktur internal bahasa Kedang, meliputi: fonetik dan fonemik, morfologi, sintaksis, serta semantiknya.
Meski tidak berlatar studi linguistik dalam pendidikan formalnya, dan mengaku hanya sebagai seorang pembelajar otodidak, namun membaca buku ini diperoleh kesan kuat bahwa Penulis telah menggarap topik ini dengan sangat serius. Apresiasi yang tinggi pantaslah diberikan kepada Bapak Alex Puaq Wulohering.
Penulisan buku ini adalah sebuah ikhtiar atau “langkah kecil” dalam upaya merawat dan melestarikan bahasa Kedang sebagai warisan budaya dan penanda jati diri àtedi’en Edang. Semula saya hanya ingin menggarap keterampilan ber-nariq Edang sebagai bahan muatan lokal pada sekolah-sekolah dasar dan tingkat lanjutan pertama di seputar wilayah Kedang. Tujuannya untuk memperdalam serta meningkatkan kemahiran berbahasa Kedang pada sekolah-sekolah tersebut, yang mayoritas siswanya berbahasa ibu bahasa Kedang. Namun gagasan awal ini sulit diwujudkan karena pengetahuan dasar tentang keterampilan berbahasa merupakan bagian dari pengajaran bahasa yang termasuk dalam ranah linguistik terapan. Sementara menulis tentang linguistik terapan dari sebuah langue atau bahasa tertentu selalu mengandaikan adanya pengetahuan tentang linguistik teoretis bahasa yang bersangkutan sebagai dasar ilmiahnya. Dan referensi tentang linguistik teoretis bahasa Kedang itu yang hemat saya masih sangat kurang. Sepengetahuanku telah ada beberapa ahli – sebut saja van Trier, Ursula Samely, Barnes yang sudah menulis tentang bahasa Kedang, namun karya-karya mereka hanya beredar di kalangan terbatas dan tidak mudah diakses pembaca awam. Atas dasar itu saya memberanikan diri menggarap aspek linguistik teoretis bahasa Kedang ini. Jadi, yang sedang Anda baca ini adalah “ilmu bahasa Kedang” atau Ilmu Nariq Edang karena yang dikaji dalam buku ini adalah aspek linguistik teoretisnya. Untuk kepentingan pembelajaran keterampilan ber-nariq Edang, sebagai bahan muatan lokal, buku ini dapat dijadikan sumber belajar. Namun untuk dapat dijadikan sumber belajar bagi pengajaran muatan lokal bahasa Kedang, buku ini perlu diolah lagi oleh para guru yang profesional dalam kurikulum bahasa karena keterampilan berbahasa itu termasuk dalam domain linguistik terapan. Mereka perlu memilih topik-topik yang relevan dan menyusunnya kembali dalam bentuk materi ajar yang sesuai dengan tingkat satuan pendidikan dan usia para peserta didik.
Pemilihan bahasa Kedang sebagai objek penelitian sungguh memenuhi empat ciri objektif di atas. Keunggulan Penulis buku ini sebagai penutur asli, yakni memiliki hubungan dengan bahasa objek kajiannya tersebut. Inilah ciri subjektif, yang Sudaryanto sebut “penghayatan” terhadap bahasa yang ditelitinya. Memiliki penghayatan berarti tidak sekadar “memahami dalam arti menangkap objeknya dengan nalar secara diskursif, tahap demi tahap, sebagian demi sebagian, melainkan mampu menangkap objeknya secara serta-merta, sekaligus, dan menyeluruh dengan intuisinya”
Buku yang ditulis berdasarkan penelitian lapangan ini mengkaji secara lengkap keseluruhan struktur internal bahasa Kedang, meliputi: fonetik dan fonemik, morfologi, sintaksis, serta semantiknya.
Meski tidak berlatar studi linguistik dalam pendidikan formalnya, dan mengaku hanya sebagai seorang pembelajar otodidak, namun membaca buku ini diperoleh kesan kuat bahwa Penulis telah menggarap topik ini dengan sangat serius. Apresiasi yang tinggi pantaslah diberikan kepada Bapak Alex Puaq Wulohering.
Penulisan buku ini adalah sebuah ikhtiar atau “langkah kecil” dalam upaya merawat dan melestarikan bahasa Kedang sebagai warisan budaya dan penanda jati diri àtedi’en Edang. Semula saya hanya ingin menggarap keterampilan ber-nariq Edang sebagai bahan muatan lokal pada sekolah-sekolah dasar dan tingkat lanjutan pertama di seputar wilayah Kedang. Tujuannya untuk memperdalam serta meningkatkan kemahiran berbahasa Kedang pada sekolah-sekolah tersebut, yang mayoritas siswanya berbahasa ibu bahasa Kedang. Namun gagasan awal ini sulit diwujudkan karena pengetahuan dasar tentang keterampilan berbahasa merupakan bagian dari pengajaran bahasa yang termasuk dalam ranah linguistik terapan. Sementara menulis tentang linguistik terapan dari sebuah langue atau bahasa tertentu selalu mengandaikan adanya pengetahuan tentang linguistik teoretis bahasa yang bersangkutan sebagai dasar ilmiahnya. Dan referensi tentang linguistik teoretis bahasa Kedang itu yang hemat saya masih sangat kurang. Sepengetahuanku telah ada beberapa ahli – sebut saja van Trier, Ursula Samely, Barnes yang sudah menulis tentang bahasa Kedang, namun karya-karya mereka hanya beredar di kalangan terbatas dan tidak mudah diakses pembaca awam. Atas dasar itu saya memberanikan diri menggarap aspek linguistik teoretis bahasa Kedang ini. Jadi, yang sedang Anda baca ini adalah “ilmu bahasa Kedang” atau Ilmu Nariq Edang karena yang dikaji dalam buku ini adalah aspek linguistik teoretisnya. Untuk kepentingan pembelajaran keterampilan ber-nariq Edang, sebagai bahan muatan lokal, buku ini dapat dijadikan sumber belajar. Namun untuk dapat dijadikan sumber belajar bagi pengajaran muatan lokal bahasa Kedang, buku ini perlu diolah lagi oleh para guru yang profesional dalam kurikulum bahasa karena keterampilan berbahasa itu termasuk dalam domain linguistik terapan. Mereka perlu memilih topik-topik yang relevan dan menyusunnya kembali dalam bentuk materi ajar yang sesuai dengan tingkat satuan pendidikan dan usia para peserta didik.
Judul Seri | - |
No. Panggil | NTT 410.5986851 WUL p |
Penerbit | Penerbit Ledalero : Maumere., 2024 |
Deskripsi Fisik | xxvi + 440 hlm.; 23 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 978-623-6724-36-1 |
Klasifikasi | 410.5986851 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1 |
Subyek | Linguistik - Kedang |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Alex Puaq Wulohering |
Tidak tersedia versi lain