Detail Cantuman
Text
Filsafat Kebudayaan: Proses Realisasi Manusia (Dengan Revisi)
1008445101 | 306 KUS f C-1 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
1008446102 | 306 KUS f | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Buku Filsafat Kebudayaan Proses Realisasi Manusia ini memberikan peta awal permasalahan mendasar kebudayaan dalam refleksi filosofis secara sistematik dan komprehensif.
Paradoks kebudayaan adalah, bahwa kebudayaan merupakan entitas yang teramat konkret sekaligus demikian abstrak. Ia konkret karena penuh kontroversi. Siapa pun yang mengikuti perkembangan wacana kebudayaan akan melihat kesenjangan yang kian menganga di antara realitas budaya yang konkret itu dengan kekisruhan pada wilayah pewacanaannya. Kesenjangan ini kemudian memunculkan pelbagai klaim tentang kebudayaan yang berpretensi substantif-obyektif atau bersifat empiris-positivistik (Biologi, Sosiologi, Antropologi, dan sebagainya) yang kini terasa sebagai semacam realisme-naif.
Kebudayaan memang bukanlah sekadar suatu objek “di luar sana”. Melainkan serentak adalah juga disposisi dan kecenderungan-kecenderungan prareflektif “di dalam” diri kita. Meminjam istilah dari Karl Jaspers, kebudayaan barangkali bisa juga dilihat sebagai das alles Umgreifende (yang mencengkeram dan meliputi segalanya. Jaspers mengenakannya bagi fenomen transendensi). Seperti halnya bagi ikan di kolam atau di lautan : tak akan mudah bagi ikan untuk menjelaskan dengan pasti dan definitif apa itu air yang ada di sekeliling serentak di dalam tubuhnya.
Buku ini menegaskan bahwa Filsafat Kebudayaan adalah kritik kebudayaan. Buku ini mencoba mengarung di antara kedua kutub ekstrem dilematis di atas sambil cenderung berat pada keinginan memetakan substansi yang bernama kebudayaan dalam konstelasi dunia-manusia mutakhir. Dalam buku ini, penulis memetakan awal permasalahan mendasar kebudayaan dalam refleksi filosofis secara sistematik dan komprehensif. Pelbagai ilustrasi konkret membuat konteks pembicaraan terasa aktual. Alur penjelasannya yang bernas tangkas memudahkan pembaca mencerna semua konsep yang ditawarkan , selain juga mengasyikkan.
Buku “Filsafat Kebudayaan” karya Budiono Kusumohamidjodo ini bukanlah pemetaan kritis dan rinci pergeseran-pergeseran paradigmatik dalam wacana kebudayaan. Meskipun ditekankannya dengan tepat bahwa Filsafat Kebudayaan adalah kritik kebudayaan, buku ini bukanlah uraian rinci tentang tradisi Kulturkritik Jerman beserta kontroversi lanjutannya. Di sisi lain, ia juga bukan monografi visioner filosofis pribadi sang penulis semata-mata.
Paradoks kebudayaan adalah, bahwa kebudayaan merupakan entitas yang teramat konkret sekaligus demikian abstrak. Ia konkret karena penuh kontroversi. Siapa pun yang mengikuti perkembangan wacana kebudayaan akan melihat kesenjangan yang kian menganga di antara realitas budaya yang konkret itu dengan kekisruhan pada wilayah pewacanaannya. Kesenjangan ini kemudian memunculkan pelbagai klaim tentang kebudayaan yang berpretensi substantif-obyektif atau bersifat empiris-positivistik (Biologi, Sosiologi, Antropologi, dan sebagainya) yang kini terasa sebagai semacam realisme-naif.
Kebudayaan memang bukanlah sekadar suatu objek “di luar sana”. Melainkan serentak adalah juga disposisi dan kecenderungan-kecenderungan prareflektif “di dalam” diri kita. Meminjam istilah dari Karl Jaspers, kebudayaan barangkali bisa juga dilihat sebagai das alles Umgreifende (yang mencengkeram dan meliputi segalanya. Jaspers mengenakannya bagi fenomen transendensi). Seperti halnya bagi ikan di kolam atau di lautan : tak akan mudah bagi ikan untuk menjelaskan dengan pasti dan definitif apa itu air yang ada di sekeliling serentak di dalam tubuhnya.
Buku ini menegaskan bahwa Filsafat Kebudayaan adalah kritik kebudayaan. Buku ini mencoba mengarung di antara kedua kutub ekstrem dilematis di atas sambil cenderung berat pada keinginan memetakan substansi yang bernama kebudayaan dalam konstelasi dunia-manusia mutakhir. Dalam buku ini, penulis memetakan awal permasalahan mendasar kebudayaan dalam refleksi filosofis secara sistematik dan komprehensif. Pelbagai ilustrasi konkret membuat konteks pembicaraan terasa aktual. Alur penjelasannya yang bernas tangkas memudahkan pembaca mencerna semua konsep yang ditawarkan , selain juga mengasyikkan.
Buku “Filsafat Kebudayaan” karya Budiono Kusumohamidjodo ini bukanlah pemetaan kritis dan rinci pergeseran-pergeseran paradigmatik dalam wacana kebudayaan. Meskipun ditekankannya dengan tepat bahwa Filsafat Kebudayaan adalah kritik kebudayaan, buku ini bukanlah uraian rinci tentang tradisi Kulturkritik Jerman beserta kontroversi lanjutannya. Di sisi lain, ia juga bukan monografi visioner filosofis pribadi sang penulis semata-mata.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 306 KUS f |
Penerbit | Yrama Widya : Bandung., 2017 |
Deskripsi Fisik | x + 262 hlm.; ils.; 24 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 978-602-374-672-9 |
Klasifikasi | 306 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1 |
Subyek | Kebudayaan |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Budiono Kusumohamidjojo |
Tidak tersedia versi lain