Detail Cantuman
Text
Asal-usul Totalitarisme Jilid IIITotalitarisme
1010234101 | 321.6 ARE a 3 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Kalau di abad ke-18 Revolusi Industri mewariskan Kapitalisme vulgar yang lalu di-counter di abad ke-19 dengan Sosialisme radikal, lalu pertanyaan untuk kita sekarang: apa yang menjadi warisan "kebanggaan bersama milik" bangsa-bangsa abad ke-20 ini?
Hannah Arendt memberi jawaban mengejutkan: Totalitalisme! Dan itu terpersonifikasi dalam dua monster pembantai peradaban paling bengis abad ini, Yossif W. Stalin dan Adolf Hitler.
Menurut Arendt, totalitalisme adalah fenomena yang sama sekali lain, lebih mengerikan daripada rezim-rezim diktator, despotik, otoriter, monarki absolut dalam sejarah yang sudah "biasa" kita kenal.
Bukan cuma itu, kekejaman dan kengerian terornya membuat kita sebagai penonton tidak mudah percaya, "apa benar begitu?" Pun para korban kamp-kamp konsentrasi yang selamat tidak tahu apakah mereka diteror mimpi buruk saja atau memang mengalaminya sendiri. Sebab semua sepak terjang totalitarisme berada di luar pemahaman akal sehat.
Tidak pelak lagi, buku masterpiece ini merupakan salah satu buku wajib filsafat politik abad ini yang paling menantang untuk didiskusikan lebih lanjut, agar kewaspadaan kita tidak surut.
Bagi para generasi muda bangsa, terutama para dosen dan mahasiswa yang menggeluti ilmu-ilmu filsafat, politik, hukum, sosiologi, psikologi massa, buku yang tidak mudah ini dipersembahkan.
Hannah Arendt memberi jawaban mengejutkan: Totalitalisme! Dan itu terpersonifikasi dalam dua monster pembantai peradaban paling bengis abad ini, Yossif W. Stalin dan Adolf Hitler.
Menurut Arendt, totalitalisme adalah fenomena yang sama sekali lain, lebih mengerikan daripada rezim-rezim diktator, despotik, otoriter, monarki absolut dalam sejarah yang sudah "biasa" kita kenal.
Bukan cuma itu, kekejaman dan kengerian terornya membuat kita sebagai penonton tidak mudah percaya, "apa benar begitu?" Pun para korban kamp-kamp konsentrasi yang selamat tidak tahu apakah mereka diteror mimpi buruk saja atau memang mengalaminya sendiri. Sebab semua sepak terjang totalitarisme berada di luar pemahaman akal sehat.
Tidak pelak lagi, buku masterpiece ini merupakan salah satu buku wajib filsafat politik abad ini yang paling menantang untuk didiskusikan lebih lanjut, agar kewaspadaan kita tidak surut.
Bagi para generasi muda bangsa, terutama para dosen dan mahasiswa yang menggeluti ilmu-ilmu filsafat, politik, hukum, sosiologi, psikologi massa, buku yang tidak mudah ini dipersembahkan.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 321.6 ARE a 3 |
Penerbit | Yayasan Obor Indonesia : Jakarta., 1995 |
Deskripsi Fisik | lii + 326 hlm.; 21 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 979-461-221-9 |
Klasifikasi | 321.6 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Edisi ke-1 |
Subyek | Totalitarisme |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Hannah Arendt |
Tidak tersedia versi lain