Detail Cantuman
Text
Toba Na Sae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX
1010337201 | 305.8598 SIT t | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
ang yang pernah diterbitkan, yaitu Toba Na Sae dan Guru Somalaing dan Modigliani "Utusan Raja Rom" Sekelumit Sejarah Lahirnya Gerakan Ratu Adil di Toba. Disatukan dan diterbitkannya kembali dalam satu buku sebagai upaya menghadirkan secara lengkap hasil penelitian antropologis mengenai sistem adat dan lembaga-lembaga adat penting dalam masyarakat Batak-Toba yang pernah dilakukan Sitor Situmorang pada kurun 1981-1991.
Selain melakukan beberapa perbaikan terhadap dua karya sebelumnya, penulis memberikan tambahan khusus dengan memasukkan satu episode mengenai sejarah Bius Lintong, sebagai gambaran kehidupan dan dinamika masyarakat sebuah bius (desa adat) di Batak-Toba. Bius Lintong sendiri dipilih dari sekitar 150 bius yang pernah ada karena ia merupakan salahsatu bius tertua dan terpenting dalam peta Batak-Toba lama, terutama ketika Lintong menjadi pusat perlawanan selama 24 tahun (1883-1907) terhadap kolonialisme.
Di dalam buku ini juga dimasukkan sebuah catatan singkat mengenai Tuan Manullang sebagai elite modern gerakan kebangsaan yang tumbuh dalam gelombang besar nasionalisme yang meliputi seluruh wilayah Hindia-Belanda pada awal abad ke-20. Sebagai seorang intelektual, ia merupakan tokoh penting yang mengadopsi cara-cara modern dalam melakukan perlawanan para parbaringin (pendeta adat).
Selain itu, Sitor juga meghadirkan satu cuplikan hari-hari terakhir Singamangaraja yang diambil dari buku Ayahku Si Singamangaraja XII Pahlawan Nasional yang merupakan kenangan Poernama Rea br. Sinambela, putri Singamangaraja.
Pada edisi kedua ini ditambahkan pula naskah drama teater karya Sitor, Pulo Batu, yang pernah dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Juni 1981.
Selain melakukan beberapa perbaikan terhadap dua karya sebelumnya, penulis memberikan tambahan khusus dengan memasukkan satu episode mengenai sejarah Bius Lintong, sebagai gambaran kehidupan dan dinamika masyarakat sebuah bius (desa adat) di Batak-Toba. Bius Lintong sendiri dipilih dari sekitar 150 bius yang pernah ada karena ia merupakan salahsatu bius tertua dan terpenting dalam peta Batak-Toba lama, terutama ketika Lintong menjadi pusat perlawanan selama 24 tahun (1883-1907) terhadap kolonialisme.
Di dalam buku ini juga dimasukkan sebuah catatan singkat mengenai Tuan Manullang sebagai elite modern gerakan kebangsaan yang tumbuh dalam gelombang besar nasionalisme yang meliputi seluruh wilayah Hindia-Belanda pada awal abad ke-20. Sebagai seorang intelektual, ia merupakan tokoh penting yang mengadopsi cara-cara modern dalam melakukan perlawanan para parbaringin (pendeta adat).
Selain itu, Sitor juga meghadirkan satu cuplikan hari-hari terakhir Singamangaraja yang diambil dari buku Ayahku Si Singamangaraja XII Pahlawan Nasional yang merupakan kenangan Poernama Rea br. Sinambela, putri Singamangaraja.
Pada edisi kedua ini ditambahkan pula naskah drama teater karya Sitor, Pulo Batu, yang pernah dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Juni 1981.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 305.8598 SIT t |
Penerbit | Yayasan Komunitas Bambu : Jakarta., 2004 |
Deskripsi Fisik | xx + 516 hlm.; 24 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 979-96201-8-X |
Klasifikasi | 305.8598 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan Ke-1 |
Subyek | - |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Sitor Situmorang |
Tidak tersedia versi lain