Pembangunan telah berkembang pesat sejak Pelita Pertama,1970. Hal ini banyak menarik minat para ilmuwan universitas untuk turut berpartisipasi dalam penelitian pembangunan tersebut. Sehingga citra tentang penelitian sebagai satu usaha ilmiah yang menjunjung tinggi obyektivitas berubah menjadi pasar menjual keahlian. Para peneliti turut serta dalam tender penelitian, bagaikan pemborong mengikuti tender proyek. Istilah research proposal berarti uang, peneliti universitas cenderung juga menjadi konsultan proyek sebagai kerja pokok yang mengorbankan integritas ilmuwannya. Timbul pemikiran, bagaimana caranya agar keterlibatan para ilmuwan dalam penelitian pembangunan tidak mengorbankan etika penelitian ilmu-ilmu sosial, sebab bagaimanapun penelitian pembangunan dan penelitian ilmu berbeda — setidaknya dilihat dari duahal: penelitian pembangunan umumnya berasal dari permintaan (research by request) badan pemerintah, sedang penelitian ilmu berasal dari rasa ingin tahu . Turut-sertanya para ilmuwan sosial universitas dalam penelitian pembangunan hanya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial, jika penelitian pembangunan difungsikan sebagai jembatan untuk melaksanakan penelitian ilmu. Tanpa kesadaran itu, perkembangan
ilmu-ilmu sosial menjadi terhambat, apalagi para ilmuwan sekarang cenderung mengikatkan diri cukup lama pada kontrak penelitian pembangij Buku yang berasal dari rekaman penelitian di'ngan ini, serta ditambah satu tulisan mengenai etik dalam perumusan strategi penelitian ilmu-ilmu sosial, jn i h a r c i r\\ *»n n ^ r c i m a n acioiAra i l r m i . i l m i i C A C I Q I r-a\r\]
neliti, dan mereka yang tak ingin melihat perkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia mandek.