Detail Cantuman
Text
Filsafat Sejarah G. W. F. Hegel
1013672101 | 901 HEG f | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1013673102 | 901 HEG f | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Filsafat sejarah yang disokong oleh George Frederick Hegel, seorang filsuf dan sejarawan, sering dipandang sebagai karya teleologikal yang besar dan penting.
Banyak spekulasi yang muncul, bahwa presumsi filosofis ini lahir dari konteks historis kehidupan Hegel—baik yang negatif (karena ketakutannya akan Teror Perancis) ataupun yang positif, yakni karena dedikasinya pada tesis Romantik bahwa Akal-Budilah yang membentuk alam semesta.
Tidak sulit untuk melihat bagaimana munculnya interpretasi Hegel ini. Dalam Fenomenologi Ruh, Hegel secara terbuka menyokong determinisme dengan menyatakan bahwa "sejarah dunia tidak memperlihatkan apapun selain rencana pemeliharaan. Dia konsisten dalam pernyataannya bahwa sejarah mengikuti jalur tertentu, yang ditentukan oleh gerakan terarah Ruh melalui waktu:
Ruh tidak melemparkan dirinya dalam sebuah permainan eksternal dengan kejadian-kejadian yang kebetulan; sebaliknya, ia yang menentukan sejarah secara absolut, dan bersiteguh malawan kebetulan-kebetulan yang mendominasi dan mengeksploitasi tujuannya sendiri.
Analisis yang masuk akal mengenai pernyataan Hegel di atas akan menghasilkan sebuah kesimpulan tunggal: Hegel memandang perjalanan sejarah sebagai sesuatu yang pasti, fakta yang tetap.
Meskipun tampak jelas sebagai determinisme mutlak, bagaimanapun, Hegel mengakui bahwa kontingensi akan terus eksis di dunia. Dia setuju bahwa "kejadian yang kebetulan" memang bagian dari sejarah, tetapi tidak melihatnya sebagai unsur yang aktif atau bahkan sangat penting.
“Orang tidak dapat mengerti buku Das Kapital karangan Marx secara sempurna kalau ia belum mempelajari dan menangkap seluruh logika Hegel”
(Lenin)
Filsafat Sejarah merupakan jantung filsafat Hegel. Dalam buku yang sangat berpengaruh ini. Hegel tidak menulis sejarah, tetapi menulis filsafat. Jika sejarah membicarakan apa yang telah terjadi (masa lampau), atau dalam perkembangannya yang maju membahas apa yang akan terjadi (masa depan), maka sejarah dalam kerangka filsafat membicarakan apa yang ada, yang memiliki eksistensi abadi – yakni rasio.
“Waktu aku mengerjakan jilid pertama Das Kapital, para pewaris muram, sombong, dan tak bermutu yang sekarang bersuara besar di kalangan cendekiawan Jerman seenaknya memperlakukan Hegel sebagai anjing mati. Oleh karena itu, aku secara terbuka mengaku menjadi murid pemikir agung itu”
(Karl Marx)
Banyak spekulasi yang muncul, bahwa presumsi filosofis ini lahir dari konteks historis kehidupan Hegel—baik yang negatif (karena ketakutannya akan Teror Perancis) ataupun yang positif, yakni karena dedikasinya pada tesis Romantik bahwa Akal-Budilah yang membentuk alam semesta.
Tidak sulit untuk melihat bagaimana munculnya interpretasi Hegel ini. Dalam Fenomenologi Ruh, Hegel secara terbuka menyokong determinisme dengan menyatakan bahwa "sejarah dunia tidak memperlihatkan apapun selain rencana pemeliharaan. Dia konsisten dalam pernyataannya bahwa sejarah mengikuti jalur tertentu, yang ditentukan oleh gerakan terarah Ruh melalui waktu:
Ruh tidak melemparkan dirinya dalam sebuah permainan eksternal dengan kejadian-kejadian yang kebetulan; sebaliknya, ia yang menentukan sejarah secara absolut, dan bersiteguh malawan kebetulan-kebetulan yang mendominasi dan mengeksploitasi tujuannya sendiri.
Analisis yang masuk akal mengenai pernyataan Hegel di atas akan menghasilkan sebuah kesimpulan tunggal: Hegel memandang perjalanan sejarah sebagai sesuatu yang pasti, fakta yang tetap.
Meskipun tampak jelas sebagai determinisme mutlak, bagaimanapun, Hegel mengakui bahwa kontingensi akan terus eksis di dunia. Dia setuju bahwa "kejadian yang kebetulan" memang bagian dari sejarah, tetapi tidak melihatnya sebagai unsur yang aktif atau bahkan sangat penting.
“Orang tidak dapat mengerti buku Das Kapital karangan Marx secara sempurna kalau ia belum mempelajari dan menangkap seluruh logika Hegel”
(Lenin)
Filsafat Sejarah merupakan jantung filsafat Hegel. Dalam buku yang sangat berpengaruh ini. Hegel tidak menulis sejarah, tetapi menulis filsafat. Jika sejarah membicarakan apa yang telah terjadi (masa lampau), atau dalam perkembangannya yang maju membahas apa yang akan terjadi (masa depan), maka sejarah dalam kerangka filsafat membicarakan apa yang ada, yang memiliki eksistensi abadi – yakni rasio.
“Waktu aku mengerjakan jilid pertama Das Kapital, para pewaris muram, sombong, dan tak bermutu yang sekarang bersuara besar di kalangan cendekiawan Jerman seenaknya memperlakukan Hegel sebagai anjing mati. Oleh karena itu, aku secara terbuka mengaku menjadi murid pemikir agung itu”
(Karl Marx)
Judul Seri | - |
No. Panggil | 901 HEG f |
Penerbit | Pustaka Pelajar : Yogyakarta., 2002 |
Deskripsi Fisik | xxxi + 627 hlm.; 24 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 979-9483-21-2 |
Klasifikasi | 901 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-2 |
Subyek | Sejarah - Filsafat |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | G. W. F. Hegel |
Tidak tersedia versi lain