Detail Cantuman
Text
Ke Surga Atau Ke Neraka
1014530101 | 236 HEU k.a | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1014531102 | 236 HEU k.a | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1014532103 | 236 HEU k.a | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1014533104 | 236 HEU k.a | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1014534105 | 236 HEU k.a | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1014535106 | 236 HEU k.a | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1014536107 | 236 HEU k.a | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Semuanya yang hidup di atas bumi ini akan mati. Hidup dan mati tak terpisahkan. Mengapa demikian? Untuk memberikan tempat bagi yang baru. Manusia mati demi baru yang mana?
Melalui pintu kematian manusia menginjak hidup yang serba baru. Bukan penerusan abadi hidup yang mati. Sungguh-sungguh hidup yang baru, namun hidup yang lama tidak dimusnahkan seluruhnya. Hidup lama diubah mendapat kualitas ‘baru’, serba baru, yaitu ‘tidak dapat mati’ dan ‘tidak dapat binasa atau membusuk’ (1Kor 15, 43). Yang ditanam adalah yang lemah dan akan binasa, yang bangkit adalah yang kuat dan tidak dapat binasa. Apa yang berlangsung dari hidup yang dapat binasa itu pada hidup abadi? Hasil buah Roh yang kita hasilkan dalam hidup lama: ‘Apa yang ditaburkan manusia akan dituainya.’ Hidup menurut cita-cita duniawi akan membuahi yang fana; hidup menurut Roh membuahi ‘hidup rohani’ yang abadi (bdk. Gal. bab 5 dan 6).
Jadi, kematian bukan (hanya) tamat, melainkan (juga) awal. Yang kita inginkan dan kejar sesuai dunia yang fana itu akan lenyap. Tetapi, apa yang kita lakukan sesuai dorongan Roh Kudus Yang menjiwai hati kita sejak dibaptis, itulah yang akan diubah dan bertahan selamanya. Sebagai hasil buah dorongan Roh, S. Paulus menyebut: berbelaskasih, hidup damai, sabar, ramah, baik hati, setia, lembut hati dan sopan.
Buku kecil ini bertemakan Hal-hal terakhir, yaitu kematian, pengadilan pribadi, api penyucian, kebangkitan badan, kedatangan Kristus dalam kemuliaan pada hari kiamat, neraka dan surga. Tentang beberapa segi dari hal-hal tersebut, kita – sama seperti Kitab Suci – hanya dapat berpikir dan berbicara dalam bahasa kiasan. Sebab, semua pikiran kita dikembangkan dari apa yang kita alami di dunia ini. Maka, tidak mengherankan, bahwa sulit berbicara dan menerangkan hal bukan duniawi. Kitab Suci menggunakan banyak kata kiasan, karena apa yang hendak diwahyukan begitu berbeda dengan pengalaman kita dan intinya sulit disampaikan dalam bahasa kita yang serba duniawi.
Melalui pintu kematian manusia menginjak hidup yang serba baru. Bukan penerusan abadi hidup yang mati. Sungguh-sungguh hidup yang baru, namun hidup yang lama tidak dimusnahkan seluruhnya. Hidup lama diubah mendapat kualitas ‘baru’, serba baru, yaitu ‘tidak dapat mati’ dan ‘tidak dapat binasa atau membusuk’ (1Kor 15, 43). Yang ditanam adalah yang lemah dan akan binasa, yang bangkit adalah yang kuat dan tidak dapat binasa. Apa yang berlangsung dari hidup yang dapat binasa itu pada hidup abadi? Hasil buah Roh yang kita hasilkan dalam hidup lama: ‘Apa yang ditaburkan manusia akan dituainya.’ Hidup menurut cita-cita duniawi akan membuahi yang fana; hidup menurut Roh membuahi ‘hidup rohani’ yang abadi (bdk. Gal. bab 5 dan 6).
Jadi, kematian bukan (hanya) tamat, melainkan (juga) awal. Yang kita inginkan dan kejar sesuai dunia yang fana itu akan lenyap. Tetapi, apa yang kita lakukan sesuai dorongan Roh Kudus Yang menjiwai hati kita sejak dibaptis, itulah yang akan diubah dan bertahan selamanya. Sebagai hasil buah dorongan Roh, S. Paulus menyebut: berbelaskasih, hidup damai, sabar, ramah, baik hati, setia, lembut hati dan sopan.
Buku kecil ini bertemakan Hal-hal terakhir, yaitu kematian, pengadilan pribadi, api penyucian, kebangkitan badan, kedatangan Kristus dalam kemuliaan pada hari kiamat, neraka dan surga. Tentang beberapa segi dari hal-hal tersebut, kita – sama seperti Kitab Suci – hanya dapat berpikir dan berbicara dalam bahasa kiasan. Sebab, semua pikiran kita dikembangkan dari apa yang kita alami di dunia ini. Maka, tidak mengherankan, bahwa sulit berbicara dan menerangkan hal bukan duniawi. Kitab Suci menggunakan banyak kata kiasan, karena apa yang hendak diwahyukan begitu berbeda dengan pengalaman kita dan intinya sulit disampaikan dalam bahasa kita yang serba duniawi.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 236 HEU k.a |
Penerbit | Yayasan Cipta Loka Caraka : Jakarta., 2012 |
Deskripsi Fisik | 84 hlm.; ils.; 16,5 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | 236 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1ciop |
Subyek | Teologi Kristen |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Adolf Heuken |
Tidak tersedia versi lain