Banyak orang enggan dan merasa tidak pas kalau kitab ini berada di dalam Kitab Suci, sebab gaya bahasanya nyerempet-nyerempet ”bahaya”. Ada yang menganggapnya sebagai kitab yang erotis semata-mata, tetapi ada pula yang merohanikannya sehingga bahan-bahan kitab ini hanya dipahami sebagai bahasa tentang hubungan cinta kasih antara Tuhan dengan umat-Nya,” demikianlah antara lain yang diungkapkan oleh Dr. J.A. Telnoni dalam kata pengantarnya. Lalu bagaimanakah kita memahami Kitab Kidung Agung ini?

Dengan kepiawaiannya sebagai seorang doktor biblika, Dr. Telnoni mengupas isi kitab ini. Ia memperlihatkan bahwa kidung cinta kasih di antara manusia ini sarat akan makna pembaruan citra manusia sebagaimana yang menjadi maksud Allah pada mulanya. Dengan demikian, kidung ini menyenandungkan pula harapan adanya perbaikan dan perubahan di tengah-tengah kebobrokan dan kepalsuan dunia.