Dema dan Kristus sesungguhnya sebuah capolavoro dari seorang maestro. Lebih dari sekadar kepakaran, saya berharap kitab ini akan menjadi bahan renungan, dan bukan hanya untuk para akademisi. Buku itu mempunyai implikasi j uga untuk untuk sekalian mereka yang berusaha memahami radikalisme tugas menggumuli kebudayaan orang-orang Barat yang sudah disekularisasi. Saya kuatir, bahwa apa yang dikatakan di bawah judul "studi-studi misiologis tentang kebudayaan Barat", terutama hanyalah sebuah usaha untuk menghentikan pendarahan dari anggotaanggotanya dan meneguhkan institusi-institusi yangn sedang runtuh. Hidup Ennio Mantovani yang dengan penuh kesabaran selalu berada dalam dialog dengan bangsa-bangsa PNG yang dikasihinya adalah sebuah model lain untuk keterlibatan ilmiah yang dapat membantu evangelisasi "baru" yang dikumandangkan oleh para Paus, Paulus, Yohanes Paulus, Benediktus dan Fransiskus. Yang dibutuhkan ialah dialog jangka panjang dan respek terhadap orang lain, yang dipersonifikasi oleh Ennio Mantovani.

Semestinya buku ini dimiliki setiap perpustakaan fakultas teologi dan seminari tinggi di Indonesia, dan menjadi daftar baca wajib dalam setiap kuliah seputar antropologi terapan dan teologi-teologi kontekstual.