Detail Cantuman
Text
The Historian = Sang Sejarawan
1019869101 | 823.802 KOS h | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Akhirnyaaaaa.... setelah melalui perjalanan membaca yg lambat nan melelahkan, buku ini selesai juga *mengusap peluh ala Nabilah JKT48 di iklan pocari sweat*
5 bintang buat:
1.Fisik bukunya yg keren dan colectible abis.
Hard cover, kertas bagus, dan pembatas buku yg layak dibilang “WOW “ sambil joged Single Ladies di bis PO Pusaka jurusan Parung #halah. Belom lagi mengingat saya beli buku ini seharga 15RIBU AJAAAAHHH!!! DEMI APAH??!! #IndonesiaButuhBukuBagusDanMurah
2.Terjemahannya yg enakeun.
Kalo diibaratin bis Damri, terjemahan buku ini sebagus bis Damri jurusan Jatinangor-Dipati Ukur *naon sih pi*
3.Lokasi2 dan tempat2 yg ada di cerita digambarkan dengan baik sekali (buat saya).
Kota2 semacam Istanbul dan Budhapest jadi terlihat berbeda kalo diliat dari kacamata orang yg tau sejarah kota2 tersebut. Lebih indah, lebih berkesan dan lebih bermakna *bahasa uraaang*
*brb packing* *lalu wisata sejarah ke Jerusalem*
4.Sejarah yg disampaikan secara informatif dan (hampir) tidak membosankan yg bertebaran di seluruh badan buku *kalimat yg sangat KBBI*
Terutama sejarah abad ke-14, ketika masa2 Vlad Tepes (Dracula) berkuasa. Tau Vlad Tepes kan? Itu si Penyula dari Wallachia (sekarang Rumania) yg terkenal tiran dan kejam yg doyan membunuh rakyat dan musuhnya dengan cara disula. Di buku ini diceritakan kekejaman si Dracula (dan asal-usul namanya), perang dia melawan kesultanan Ottoman, sampai ke masa si Dracula akhirnya takluk dan kesultanan Ottoman berkuasa. Dan, semua sejarah ini valid. Tokoh Dracula ini beneran ada ternyata (sumpah saya baru tau). Tanyakanlah ke aki gugel untuk konfirmasinya. Satu lagi, peta Eropa Masa Perang Dingin di halaman depan dan belakang itu ngebantu banget. Makasih Med! *Gramed maksudnya #sokakrab
5.Ceritanya yg BUKAN TWILGHT BANGET *mindset vampir=Twilight*
Walaupun sarat sejarah, jalan cerita di buku ini tetep fiksi. Dracula emang beneran ada, tapi apakah dia menjelma jadi vampir itu merupakan mitos. Yang saya suka juga dari buku ini, tokoh utamanya adalah para ilmuan yg biasanya “dipaksa” buat ga percaya hal2 mistis kayak mayat hidup, penghisap darah, makhluk2 yg ga bisa mati. Menceritakan dari sudut pandang mereka (ilmuan) ke saya (pembaca) yg sama2 ga percaya hal2 macam itu, terus perlahan2 dibawa mengikuti pencarian sosok Dracula dan mengikuti sejarahnya (yg bukan fiktif) pada akhirnya bikin saya setengah percaya Dracula itu masih hidup (seperti si ilmuan di cerita yg akhirnya harus percaya juga). Belom lagi sepanjang cerita dibayangin terus sama sosok misterius, membuat adrenalin terpacu dan memaksa saya segera melanjutkan membaca buku ini. Dan memang adrenalin itu berguna, mengingat buku ini tebelnya bisa buat ganjel bis Karunia Bakti sarat penumpang di tanjakan Nagreg (intinya tebelnya bikin males). Tapi pada dasarnya saya emang suka cerita2 petualangan dan pencarian kebenaran (atau detektif2an) yang penuh mara bahaya seperti ini *aihhh berasa Power Ranger*
Tapi, tak ada yg sempurna bukan? Manusia selalu dapat menemukan kelemahan orang lain, tanpa pernah melihat kelemahan diri sendiri *naha jadi Mamah Dedeh?*
Ada beberapa hal yg mau saya keluhkan juga perihal buku ini, walaupun tak tau harus ngeluh ke siapa. Ke Gramedia asa teu mungkin, ke Elizabeth Kostova lebih ga mungkin lagi. Masa harus bercerita pada rumput yang bergoyang?
Pertama, bentuk fisik buku yg keren itu seperti makan buah simalakama (bener ga yah peng-ibarat-annya?). Hard cover dan kertas bagus, bikin buku setebal 768 halaman ini lebih enak kalo dipajang aja daripada dibaca. Tebelnya bikin cape duluan, mana berat mau dibawa kemana2. Dan keluhan saya yang kedua, sebenernya tidak terletak pada kesalahan ceritanya, tapi lebih ke kapasitas otak aja. RAM otak saya kayaknya gampang hang buat membaca buku ini. Seperti yg tadi saya bilang, buku ini banyak sejarah,dan ada beberapa bagian yg ditulis berbentuk monolog panjang yg bikin bosen dan ngantuk. Saya ketiduran beberapa kali baca bagian2 itu. Selain itu, sudut pandang ceritanya juga lumayan bikin mikir (walaupun ga sampe hang, cuma not responding bentar aja). Si A bercerita ke si B mengenai si C yang mendengarnya dari si D yang membacanya dari sebuah surat yang ditulis si E yang mengetahui cerita itu dari............... *lalu mati muda* *eh amit amit*
Intinya, buku ini lumayan bikin lelah selama perjalanan membacanya. Bagus, rame, seru. Tapi ga seperti buku yg saya kategorikan bagus-rame-seru lainnya (yang biasanya saya kelarin ga lebih dari 3 hari), buku ini lama bacanya. Karena sambil baca petualangannya, saya juga mencoba mencerna dan memahami sejarahnya.
5 bintang buat:
1.Fisik bukunya yg keren dan colectible abis.
Hard cover, kertas bagus, dan pembatas buku yg layak dibilang “WOW “ sambil joged Single Ladies di bis PO Pusaka jurusan Parung #halah. Belom lagi mengingat saya beli buku ini seharga 15RIBU AJAAAAHHH!!! DEMI APAH??!! #IndonesiaButuhBukuBagusDanMurah
2.Terjemahannya yg enakeun.
Kalo diibaratin bis Damri, terjemahan buku ini sebagus bis Damri jurusan Jatinangor-Dipati Ukur *naon sih pi*
3.Lokasi2 dan tempat2 yg ada di cerita digambarkan dengan baik sekali (buat saya).
Kota2 semacam Istanbul dan Budhapest jadi terlihat berbeda kalo diliat dari kacamata orang yg tau sejarah kota2 tersebut. Lebih indah, lebih berkesan dan lebih bermakna *bahasa uraaang*
*brb packing* *lalu wisata sejarah ke Jerusalem*
4.Sejarah yg disampaikan secara informatif dan (hampir) tidak membosankan yg bertebaran di seluruh badan buku *kalimat yg sangat KBBI*
Terutama sejarah abad ke-14, ketika masa2 Vlad Tepes (Dracula) berkuasa. Tau Vlad Tepes kan? Itu si Penyula dari Wallachia (sekarang Rumania) yg terkenal tiran dan kejam yg doyan membunuh rakyat dan musuhnya dengan cara disula. Di buku ini diceritakan kekejaman si Dracula (dan asal-usul namanya), perang dia melawan kesultanan Ottoman, sampai ke masa si Dracula akhirnya takluk dan kesultanan Ottoman berkuasa. Dan, semua sejarah ini valid. Tokoh Dracula ini beneran ada ternyata (sumpah saya baru tau). Tanyakanlah ke aki gugel untuk konfirmasinya. Satu lagi, peta Eropa Masa Perang Dingin di halaman depan dan belakang itu ngebantu banget. Makasih Med! *Gramed maksudnya #sokakrab
5.Ceritanya yg BUKAN TWILGHT BANGET *mindset vampir=Twilight*
Walaupun sarat sejarah, jalan cerita di buku ini tetep fiksi. Dracula emang beneran ada, tapi apakah dia menjelma jadi vampir itu merupakan mitos. Yang saya suka juga dari buku ini, tokoh utamanya adalah para ilmuan yg biasanya “dipaksa” buat ga percaya hal2 mistis kayak mayat hidup, penghisap darah, makhluk2 yg ga bisa mati. Menceritakan dari sudut pandang mereka (ilmuan) ke saya (pembaca) yg sama2 ga percaya hal2 macam itu, terus perlahan2 dibawa mengikuti pencarian sosok Dracula dan mengikuti sejarahnya (yg bukan fiktif) pada akhirnya bikin saya setengah percaya Dracula itu masih hidup (seperti si ilmuan di cerita yg akhirnya harus percaya juga). Belom lagi sepanjang cerita dibayangin terus sama sosok misterius, membuat adrenalin terpacu dan memaksa saya segera melanjutkan membaca buku ini. Dan memang adrenalin itu berguna, mengingat buku ini tebelnya bisa buat ganjel bis Karunia Bakti sarat penumpang di tanjakan Nagreg (intinya tebelnya bikin males). Tapi pada dasarnya saya emang suka cerita2 petualangan dan pencarian kebenaran (atau detektif2an) yang penuh mara bahaya seperti ini *aihhh berasa Power Ranger*
Tapi, tak ada yg sempurna bukan? Manusia selalu dapat menemukan kelemahan orang lain, tanpa pernah melihat kelemahan diri sendiri *naha jadi Mamah Dedeh?*
Ada beberapa hal yg mau saya keluhkan juga perihal buku ini, walaupun tak tau harus ngeluh ke siapa. Ke Gramedia asa teu mungkin, ke Elizabeth Kostova lebih ga mungkin lagi. Masa harus bercerita pada rumput yang bergoyang?
Pertama, bentuk fisik buku yg keren itu seperti makan buah simalakama (bener ga yah peng-ibarat-annya?). Hard cover dan kertas bagus, bikin buku setebal 768 halaman ini lebih enak kalo dipajang aja daripada dibaca. Tebelnya bikin cape duluan, mana berat mau dibawa kemana2. Dan keluhan saya yang kedua, sebenernya tidak terletak pada kesalahan ceritanya, tapi lebih ke kapasitas otak aja. RAM otak saya kayaknya gampang hang buat membaca buku ini. Seperti yg tadi saya bilang, buku ini banyak sejarah,dan ada beberapa bagian yg ditulis berbentuk monolog panjang yg bikin bosen dan ngantuk. Saya ketiduran beberapa kali baca bagian2 itu. Selain itu, sudut pandang ceritanya juga lumayan bikin mikir (walaupun ga sampe hang, cuma not responding bentar aja). Si A bercerita ke si B mengenai si C yang mendengarnya dari si D yang membacanya dari sebuah surat yang ditulis si E yang mengetahui cerita itu dari............... *lalu mati muda* *eh amit amit*
Intinya, buku ini lumayan bikin lelah selama perjalanan membacanya. Bagus, rame, seru. Tapi ga seperti buku yg saya kategorikan bagus-rame-seru lainnya (yang biasanya saya kelarin ga lebih dari 3 hari), buku ini lama bacanya. Karena sambil baca petualangannya, saya juga mencoba mencerna dan memahami sejarahnya.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 823.802 KOS h |
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama : Jakarta., 2007 |
Deskripsi Fisik | 768 hlm.; 23 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 979-22-2389-4 |
Klasifikasi | 823.802 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1 |
Subyek | Novel Terjemahan |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Elizabeth Kostova |
Tidak tersedia versi lain