“Pluralitas agama bukan sebuah tema yang baru. Perjumpaan para rasul dengan Yudaisme sejak awal kekristenan telah memperlihatkannya”. Pertanyaan yang sangat relevan untuk dijawab ialah apakah teologi Katolik dapat memaknai realitas pluralitas agama tidak hanya sebagai fakta (de facto), tetapi sebagai prinsip (pluralism in principles) karya Penyelamatan Allah? Dapatkah diterima bahwa agama lain berperan sebagai jalan keselamatan Allah bagi umat-Nya?
Konsili Vatikan II merupakan tonggak sejarah keterbukaan Gereja Katolik terhadap nilai-nilai kebenaran tradisi agama lain. Semoga buku ini membantu para pembaca dalam menghayati iman secara benar di tengah pluralisme agama serta menjadi sumber inspirasi dalam mengusahakan kerjasama yang lebih baik dengan semua yang berkehendak baik demi terwujudnya Kerajaan Allah.