Detail Cantuman
Text
Kubah
1022567101 | 813 TOH k | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Novel kubah menceritakan tentang seorang aktivis politik yang sempat terjerumus ke jalan yang salah. Berawal dari pembebasannya dari pulau B, ia bermaksud pulang ke kampung halamannya, Pegaten. Namun, keraguan menghinggapi dirinya, sehingga ia urung pulang kembali ke keluarganya.
***
Sewaktu kecil, hidup Karman sangat sederhana setelah ditinggal ayahnya untuk selamanya. Hidupnya serba susah. Sampai-sampai ia hanya bisa menamatkan sekolah SMP, itupun atas bantuan dari Hasyim—pamannya. Semasa kecilnya ia sudah diajarkan bekerja keras. Untuk makan sehari-harinya ia harus bekerja membantu setiap pemanen yang hendak memanen sawahnya. Ia juga bekerja pada Haji Bakir, ia disuruh menjaga dan menemani Rifah—anak bungsu Haji Bakir—bermain.
Ketika dewasa ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan sangat berpotensi dalam bidang politik. Meskipun demikian, ia memiliki sifat mudah terpengaruh oleh orang lain. Hal tersebut menjadikannya terjerumus kejalan yang salah. Ia menjadi salah satu anggota PKI.
Setelah kejadian G30S/PKI, dimana para anggota PKI menculik dan membunuh perwira-perwira tinggi negara, Indonesia mengadakan pembersihan paham komunis. Siapapun yang bergabung dan berhubungan dengan PKI ditangkap dan dijebloskan ke penjara, termasuk Karman. Di dalam penjara tersebut Karman benar-benar mengakui kalau selama ini dia telah masuk ke dalam faham yang salah. Ia mulai mengerti bahwa ajaran PKI itu salah.
Setelah keluar dari penjara, ia tidak lagi hidup bersama istrinya. Karena istrinya sudah menikah lagi dengan laki-laki lain. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama, Marni—mantan istri Karman—akhirnya kembali kepelukan Karman. Mereka menjalani hidup normal. Hingga pada suatu ketika, Karman melihat masjid milik Haji Bakir telah usang dan terlihat sangat tua. Ia ingat dengan pendidikan keterampilan bertukang saat dia berada dipenjara. Ia lalu menemui Haji Bakir, dan menawarkan diri untuk membangun kubah asalkan materialnya disediakan, dan Haji Bakir menyetujuinya. Dan akhirnya proses pembuatan kubah dan perbaikan masjid itu selesai. Karman beserta yang lainnya sangat puas sekali. Setelah itu, Karman menjadi sangat dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hingga akhirnya ia menadi rajin beribadah.
Komentar
Menurut saya, novel ini sangat bagus. Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel ini sangat kental. Hal yang paling menarik bagi saya adalah permainan alurnya. Pengarang menggunakan alur campuran, dan penempatannya berkesan acak. Akan tetapi, tidak menjadikan ceritanya melebar. Konflik-konflik yang ada digambarkan dengan detil. Meskipun terdapat juga konflik dimana penyebab konflik beserta penyelesaiannya dipisah menjadi beberapa bagian kisah. Hal tersebut dikarenakan permainan alur yang digunakan pengarang. Penggambaran tokoh dan wataknya dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dialog antar tokoh, pemikiran tokoh lain, ataupun penggambaran dari pengarang itu sendiri.
***
Sewaktu kecil, hidup Karman sangat sederhana setelah ditinggal ayahnya untuk selamanya. Hidupnya serba susah. Sampai-sampai ia hanya bisa menamatkan sekolah SMP, itupun atas bantuan dari Hasyim—pamannya. Semasa kecilnya ia sudah diajarkan bekerja keras. Untuk makan sehari-harinya ia harus bekerja membantu setiap pemanen yang hendak memanen sawahnya. Ia juga bekerja pada Haji Bakir, ia disuruh menjaga dan menemani Rifah—anak bungsu Haji Bakir—bermain.
Ketika dewasa ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan sangat berpotensi dalam bidang politik. Meskipun demikian, ia memiliki sifat mudah terpengaruh oleh orang lain. Hal tersebut menjadikannya terjerumus kejalan yang salah. Ia menjadi salah satu anggota PKI.
Setelah kejadian G30S/PKI, dimana para anggota PKI menculik dan membunuh perwira-perwira tinggi negara, Indonesia mengadakan pembersihan paham komunis. Siapapun yang bergabung dan berhubungan dengan PKI ditangkap dan dijebloskan ke penjara, termasuk Karman. Di dalam penjara tersebut Karman benar-benar mengakui kalau selama ini dia telah masuk ke dalam faham yang salah. Ia mulai mengerti bahwa ajaran PKI itu salah.
Setelah keluar dari penjara, ia tidak lagi hidup bersama istrinya. Karena istrinya sudah menikah lagi dengan laki-laki lain. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama, Marni—mantan istri Karman—akhirnya kembali kepelukan Karman. Mereka menjalani hidup normal. Hingga pada suatu ketika, Karman melihat masjid milik Haji Bakir telah usang dan terlihat sangat tua. Ia ingat dengan pendidikan keterampilan bertukang saat dia berada dipenjara. Ia lalu menemui Haji Bakir, dan menawarkan diri untuk membangun kubah asalkan materialnya disediakan, dan Haji Bakir menyetujuinya. Dan akhirnya proses pembuatan kubah dan perbaikan masjid itu selesai. Karman beserta yang lainnya sangat puas sekali. Setelah itu, Karman menjadi sangat dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hingga akhirnya ia menadi rajin beribadah.
Komentar
Menurut saya, novel ini sangat bagus. Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel ini sangat kental. Hal yang paling menarik bagi saya adalah permainan alurnya. Pengarang menggunakan alur campuran, dan penempatannya berkesan acak. Akan tetapi, tidak menjadikan ceritanya melebar. Konflik-konflik yang ada digambarkan dengan detil. Meskipun terdapat juga konflik dimana penyebab konflik beserta penyelesaiannya dipisah menjadi beberapa bagian kisah. Hal tersebut dikarenakan permainan alur yang digunakan pengarang. Penggambaran tokoh dan wataknya dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dialog antar tokoh, pemikiran tokoh lain, ataupun penggambaran dari pengarang itu sendiri.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 813 TOH k |
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama : Jakarta., 2005 |
Deskripsi Fisik | 192 hlm.; 18 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 979-605-176-1 |
Klasifikasi | 813 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-3 |
Subyek | Fiksi Indonesia |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Ahmad Tohari |
Tidak tersedia versi lain