Detail Cantuman
Text
Pergulatan Demokrasi Liberal 1950-1959: Zaman Emas Atau Hitam?
1027259101 | 321.8 PER p C-1 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
1027260102 | 321.8 PER p C-2 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1027261103 | 321.8 PER p C-3 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1027262104 | 321.8 PER p C-4 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Pada 1950-an Indonesia bereksperimen menerapkan Demokrasi Parlementer—lazim disebut demokrasi liberal—guna membawa negara baru itu keluar dari berbagai masalah. Namun, selama 1950–1959, perdebatan demi perdebatan tak kunjung padam dan tujuh kabinet silih berganti mengendalikan negeri. Kendati harus diakui bahwa selama periode tersebut Mahkamah Agung punya gigi, jaksa dan hakim bertaji, dan hak asasi manusia dihormati, rongrongan pun muncul. Pada 17 Oktober 1952, dua tank mengarahkan moncongnya ke Istana. Sukarno diminta segera membubarkan parlemen, tetapi dia menolak karena tak mau dianggap sebagai diktator. Namun, pada akhirnya, 1959, Demokrasi Parlementer mengembuskan napas terakhirnya. Diangkat dari liputan khusus majalah berita mingguan Tempo, Agustus 2007, Pergulatan Demokrasi Liberal 1950–1959 mengupas hal-ihwal eksperimen Indonesia dalam berdemokrasi pada 1950-an. Buku ini merupakan edisi perdana seri “Sejarah Republik”, sebuah seri yang mengupas dan membaca ulang awal-awal berdirinya Republik Indonesia.
Judul Seri | Seri Buku TEMPO Sejarah Republik |
No. Panggil | 321.8 PER p |
Penerbit | KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) : Jakarta., 2019 |
Deskripsi Fisik | xxvi + 184 hlm.; 23 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 978-602-481-298-0 |
Klasifikasi | 321.8 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1 |
Subyek | Demokrasi Liberal |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Leila S. Chudori… [et al] |
Tidak tersedia versi lain