Detail Cantuman
Text
Dimanakah Allah?: Beriman di Tengah Pandemi Covid-19
1028390101 | 253 DI' d C-1 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1028391102 | 253 DI' d C-2 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1028392103 | 253 DI' d C-3 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
1028393104 | 253 DI' d C-4 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Covid-19 sungguh mengguncang sendi-sendi kehidupan manusia. Jutaan manusia pergi dalam cara yang tak pernah terbayangkan. Mereka dilepaspergikan dalam “ritus” pemakaman standar Covid-19 tanpa upacara yang lazim dalam iringan orang-orang terkasih hingga ke liang lahad. Bahkan, ada yang tak tahu tempat peristirahatan anggota keluarga dan kerabatnya. Nisan-nisan tak bertuan berderet dalam sunyi abadi. Juga, perekonomian mendadak lumpuh, memperbanyak orang yang terjerembab dalam jurang kemiskinan. Secara sosial, orang “dipaksa” untuk menjadi asing bagi sesamanya, pun dengan orang-orang terdekat serumah. Secara psikologis, ketakutan muncul dalam setiap perjumpaan. Orang lain tiba-tiba menjadi ‘musuh’ yang dihindari. Secara religius pun, umat beragama tercampak dari habitatnya. Orang tak dapat lagi mendaraskan doa dan kidung secara komunal. Rumah ibadat kini berubah dari tempat penyembuhan menjadi ruang penyebar virus.
Dalam kondisi seperti ini, tatapan orang-orang beriman tertuju pada benteng terakhirnya, yaitu Tuhan sendiri. Doa-doa untuk menghentikan wabah ini didaraskan kepada-Nya tiada henti. Ketika harapan tidak sesuai kenyataan, muncul gugatan eksistensial tentang kehadiran dan keberadaan-Nya. Pertanyaan teodice klasik kembali bergema: “Di manakah Tuhan dalam situasi penderitaan? Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang tak bersalah mati tak berdaya?” Demikian juga karakter “penuh kasih” yang disematkan pada-Nya ikut digugat, bahkan diragukan. Di manakah kuat kuasa kasih-Nya bila orang-orang yang saya cintai mati secara mengenaskan dan dikebumikan secara massal dan anonim? Bagaimana mendamaikan keyakinan iman akan Allah yang penuh kasih dalam realitas penderitaan manusia yang mengerikan? Teriakan Yesus di salib: “Allahku! Allahku! Mengapa Engkau meninggalkan Aku” (Mrk. 15:34) kembali bergema nyaring. Di manakah Allah di tengah pandemi ini?
Dalam buku ini, para pakar dari pelbagai disiplin ilmu merefleksi secara kontekstual, sistematis, dan inspiratif tentang beriman di tengah pandemi Covid-19. Beragam sisi tilik diusung dan disajikan kepada pembaca dalam tiga kelompok sudut pandang, yaitu refleksi filosofis-sosiologis, biblis-teologis, dan pastoral.
Dalam kondisi seperti ini, tatapan orang-orang beriman tertuju pada benteng terakhirnya, yaitu Tuhan sendiri. Doa-doa untuk menghentikan wabah ini didaraskan kepada-Nya tiada henti. Ketika harapan tidak sesuai kenyataan, muncul gugatan eksistensial tentang kehadiran dan keberadaan-Nya. Pertanyaan teodice klasik kembali bergema: “Di manakah Tuhan dalam situasi penderitaan? Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang tak bersalah mati tak berdaya?” Demikian juga karakter “penuh kasih” yang disematkan pada-Nya ikut digugat, bahkan diragukan. Di manakah kuat kuasa kasih-Nya bila orang-orang yang saya cintai mati secara mengenaskan dan dikebumikan secara massal dan anonim? Bagaimana mendamaikan keyakinan iman akan Allah yang penuh kasih dalam realitas penderitaan manusia yang mengerikan? Teriakan Yesus di salib: “Allahku! Allahku! Mengapa Engkau meninggalkan Aku” (Mrk. 15:34) kembali bergema nyaring. Di manakah Allah di tengah pandemi ini?
Dalam buku ini, para pakar dari pelbagai disiplin ilmu merefleksi secara kontekstual, sistematis, dan inspiratif tentang beriman di tengah pandemi Covid-19. Beragam sisi tilik diusung dan disajikan kepada pembaca dalam tiga kelompok sudut pandang, yaitu refleksi filosofis-sosiologis, biblis-teologis, dan pastoral.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 253 DI' d |
Penerbit | Obor : Jakarta., 2021 |
Deskripsi Fisik | xv + 231 hlm.; 21 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 978-979-565-898-6 |
Klasifikasi | 253 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1 |
Subyek | Covid-19 |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Martin Chen, Stanis Harmansi |
Tidak tersedia versi lain