Detail Cantuman
Text
Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat
1002576101 | 149.7 HAB r | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia |
Modernitas perlu dikritik, karena membuat dunia-kehidupan terjajah. Kebebasan dan keadilan , kebahagiaan dan realisasi-diri yang dicita-citakan semakin menjauh, sementara manusia makin takluk oleh kuasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Anomi, alienasi, rancunya identitas dan rapuhnya eksistensi adalah bukti yang tak bisa dipungkiri. Parahnya lagi, tempat menggantungkan harapan nyaris tidak ada, sebab sumber daya kultural, sosial dan politik dalam keadaan mandeg disumbat oleh daulat birokrasi dan moneterisasi.
Dunia-kehidupan yang dirasionalisasi jadi lahan berkembangnya aturan-aturan yang lebih biadap dibanding kolonialisme politik. Ketika dunia-kehidupan dikelola oleh rasionalitas instrumental (intrumental rasionality) dan diperantarai oleh sarana rasional-bertujuan (purposive rasional means), reproduksi simbolis jadi mandul, integrasi sosial dibikin luluh lantak oleh sistem. Saat pegangan hidup yang lebih hakiki lapuk tak berguna, segalanya terarah pada tujuan instrumental.
Mereka yang peka kemudian mengajukan tanya. Bagaimana upaya dekolonisasi dunia-kehidupan yang terjajah oleh hal-hal di atas bisa dilakukan? Bagaimana membebaskannya dari "kerangkeng besi" modernitas? Bagaimana manusia penghuninya bisa hidup dalam "terang" seperti yang dibayangkan Pencerahan?
Dengan caranya sendiri, Habermas berupaya menjawab pertanyaan ini secara teoritis. Langkah yang dia tempuh, pertama dan utama sekali, adalah mengenali apakah sesungguhnya rasio itu, bagaimana ragamnya, kemudian menyelidiki bagaimana proses rasionalisasi masyarakat terjadi. Terakhir, dia mencoba menunjukkan rasio seperti apa yang bakal tidak menjadikan masyarakat sebagai koloni. Sebuah rasionalitas yang akan bekerja bagai seorang pengayom.
Tak lain dan tak bukan, rasio komunikatif-lah yang dia tunjukkan.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Dunia-kehidupan yang dirasionalisasi jadi lahan berkembangnya aturan-aturan yang lebih biadap dibanding kolonialisme politik. Ketika dunia-kehidupan dikelola oleh rasionalitas instrumental (intrumental rasionality) dan diperantarai oleh sarana rasional-bertujuan (purposive rasional means), reproduksi simbolis jadi mandul, integrasi sosial dibikin luluh lantak oleh sistem. Saat pegangan hidup yang lebih hakiki lapuk tak berguna, segalanya terarah pada tujuan instrumental.
Mereka yang peka kemudian mengajukan tanya. Bagaimana upaya dekolonisasi dunia-kehidupan yang terjajah oleh hal-hal di atas bisa dilakukan? Bagaimana membebaskannya dari "kerangkeng besi" modernitas? Bagaimana manusia penghuninya bisa hidup dalam "terang" seperti yang dibayangkan Pencerahan?
Dengan caranya sendiri, Habermas berupaya menjawab pertanyaan ini secara teoritis. Langkah yang dia tempuh, pertama dan utama sekali, adalah mengenali apakah sesungguhnya rasio itu, bagaimana ragamnya, kemudian menyelidiki bagaimana proses rasionalisasi masyarakat terjadi. Terakhir, dia mencoba menunjukkan rasio seperti apa yang bakal tidak menjadikan masyarakat sebagai koloni. Sebuah rasionalitas yang akan bekerja bagai seorang pengayom.
Tak lain dan tak bukan, rasio komunikatif-lah yang dia tunjukkan.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Judul Seri | Teori Tindakan Komunikatif |
No. Panggil | 149.7 HAB r |
Penerbit | Kreasi Wacana : Yogyakarta., 2006 |
Deskripsi Fisik | lii + 512 hlm.; 24 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 9793722797 |
Klasifikasi | 149.7 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | - |
Subyek | Rasionalisasi |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Jurgen Habermas |
Tidak tersedia versi lain