Penulisan skripsi ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan konsep tubuh menurut perspektif teologi tubuh Yohanes Paulus II, (2) mendeskripsikan pornografi dan remaja, serta pengaruh tindakan pornografi pada kaum remaja, dan (3) mendeskripsikan konsep tubuh menurut perspektif teologi tubuh Yohanes Paulus II dalam menyikapi tindakan pornografi pada kaum remaja. Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode studi kepustakaan. Penulis mengumpulkan dan menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti buku – buku, jurnal, artikel, tulisan - tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan erat dengan tema teologi tubuh, pornografi, dan remaja. Penulis juga mengumpulkan dan menggunakan literatur online yang berkaitan erat dengan tema yang ditulis. Dari berbagai sumber yang telah didapat, penulis juga menggunakan pengetahuan dan analisis pribadi yang dikuatkan oleh berbagai sumber tersebut. Objek kajian penulis dalam skripsi ini ialah konsep tubuh menurut perspektif teologi tubuh dan tindakan pornografi pada kaum remaja. Berdasarkan kajian penulis, tubuh menurut perspektif teologi tubuh Yohanes Paulus II menunjukkan subyektifitas diri seorang pribadi manusia. Artinya penerimaan terhadap tubuh secara total menunjukkan pada penerimaan harkat dan martabat seorang manusia. Pandangan tubuh dalam teologi tubuh sangat bertentangan dengan pandangan tubuh dalam dunia pornografi. Tubuh dalam dunia pornografi hanya dijadikan obyek pemuas seksual bagi orang yang menikmatinya. Tindakan pornografi pada kaum remaja dilihat berdasarkan konsep tubuh menurut teologi tubuh Yohanes Paulus II mengindikasikan hilangnya nilai subyektifitas tubuh bagi seorang remaja dan digantikan menjadi suatu obyek pemuasan nafsu seksual bagi diri sendiri dan orang lain. Konsekuensi lebih lanjut dari tindakan pornografi pada kaum remaja adalah: pertama, rusaknya hubungan yang kudus dengan Tuhan; kedua, tindakan pornografi merusak pertumbuhan fisik dan mental, serta pola pikir dari seorang remaja; dan ketiga, tindakan pornografi pada kaum remaja hanya menghasilkan hubungan yang destruktif dalam interaksi sosial sebab terciptanya pandangan dan penilaian terhadap orang lain hanya sebatas obyek pemuasan seksual.