Detail Cantuman
Text
Hubungan Makna Loka Tiwu Meze Woe Langa Ebu Wuda, Mangulewa dengan Altar dalam Gereja Katolik dan Relevansinya bagi Karya Pastoral Gereja
4030854201 | TESIS 0481 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan makna Loka Tiwu Meze dalam budaya Woe Langa Ebu Wuda dan altar dalam Gereja Katolik. Kedua, mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi atau implikasi studi hubungan makna tersebut bagi pelaksanaan karya pastoral Gereja. Jenis riset ini adalah penelitian lapangan, wawancara, dan studi kepustakaan. Objek yang diteliti adalah hubungan makna Loka Tiwu Meze dalam Woe Langa Ebu Wuda dengan altar dalam Gereja Katolik serta relevansinya bagi karya pastoral. Wujud data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara, pengamatan dan pengalaman langsung di Loka Tiwu Meze dan sumber-sumber buku yang terkait dengan tema. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan informan kunci dan mengacu pada sumber pustaka utama. Sumber data sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian atas studi-studi dan penelitian terdahulu, yang berkaitan dengan Loka Tiwu Meze, altar dalam Gereja Katolik, serta Gereja dan sakramen yang berkaitan erat dengan eksistensi altar. Selain itu, informasi tambahan juga merujuk pada sumber-sumber dari internet terkait topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara langsung dengan narasumber, baik sumber kunci maupun sekunder, observasi partisipatoris, dan metode kepustakaan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik analisis data adalah pertama, membaca dan menggali informasi terkait kebudayaan masyarakat Ngada pada umumnya dan Woe Langa Ebu Wuda khususnya, terutama yang berkaitan dengan Loka Tiwu Meze. Kedua, mengumpulkan data lapangan dari objek penelitian melalui wawancara dan observasi partisipatoris. Ketiga, menemukan dan merumuskan makna Loka Tiwu Meze. Keempat, mengumpulkan dan membaca literatur-literatur terkait altar, Gereja, dan sakramen. Kelima, menemukan dan merumuskan makna altar dalam Gereja Katolik. Keenam, menganalisis hubungan makna Loka Tiwu Meze dalam Woe Langa Ebu Wuda dengan altar dalam Gereja Katolik. Ketujuh, merumuskan relevensi studi tentang hubungan makna tersebut bagi karya pastoral Gereja. Dengan analisis model mengalir, teknik ini dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulannya adalah, pertama, Loka Tiwu Meze memiliki beberapa makna 1) sebagai simbol kehadiran leluhur dan Wujud Tertinggi, 2) sebagai identitas dan pusat kehidupan Woe Langa Ebu Wuda, 3) sebagai simbol yang menyatakan kedekatan relasi antara manusia dengan Wujud Tertinggi atau Allah, 4) sebagai sumber kekayaan rohani bagi Woe Langa Ebu Wuda, 5) sebagai simbol persatuan dan kesatuan manusia dengan sesama, alam, leluhur, dan Wujud Tertinggi. Kedua, altar dalam Gereja Katolik memiliki beberapa makna 1) merupakan simbol kehadiran Allah dalam Yesus Kristus, 2) sebagai kenangan kurban tubuh dan darah Yesus Kristus, 3) sebagai identitas dari Ekaristi, 4) sebagai simbol kedekatan relasi antara manusia dengan Allah, 5) sebagai simbol persatuan dan kesatuan. Ketiga, kajian mengenai makna masing-masing Loka Tiwu Meze dan altar menerangkan dan menjelaskan beberapa hubungan makna, yakni 1) sebagai simbol kehadiran Wujud Tertinggi atau Allah, 2) sebagai simbol kedekatan relasi antara manusia dengan Wujud Tertinggi atau Allah, 3) sebagai tempat menimba kekuatan dan kekayaan rohani, 4) sebagai simbol persatuan dan kesatuan. Berdasarkan kajian mengenai hubungan makna tersebut ditemukan pula 1) hubungan antara doa di Loka Tiwu Meze dan di altar, yakni merupakan ungkapan pujian, syukur, terima kasih, dan permohonan kepada Allah, Pencipta dan Penjamin kehidupan manusia, 2) leluhur dalam Woe Langa Ebu Wuda dan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya merupakan mediator yang menghubungkan manusia dengan Allah, meskipun tidak pada tataran yang sepadan sebagai mediator, 3) soma dan imam merupakan pemimpin ritus atau upacara, baik di Loka Tiwu Meze maupun di altar. Keempat, pembahasan mengenai hubungan makna ini memberikan kemungkinan dilaksanakannya inkulturasi dalam karya pastoral Gereja dalam 1) merancang bangunan fisik altar menyerupai bentuk Loka Tiwu Meze, 2) mengintegrasikan unsur-unsur kristiani berupa aspek liturgis ke dalam rangkaian ritus atau upacara adat di Loka Tiwu Meze, 3) mengadakan katekese untuk mendorong masyarakat dan umat beriman untuk menemukan inspirasi dan peneguhan pada Sabda Allah, seperti dalam Kitab Suci dan juga nilai-nilai luhur yang mereka hidupi, khususnya dalam kebudayaan mereka sendiri.
Judul Seri | - |
No. Panggil | TESIS 0481 |
Penerbit | : Ledalero-Maumere., 2022 |
Deskripsi Fisik | xii + 142 hlm.; ilus.; 18,5 cm x 29 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | 0481 |
Tipe Isi | text |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | - |
Subyek | Gereja Pastoral Gereja Makna Loka Tiwu Meze Altar |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Emanuel Roja |
Tidak tersedia versi lain