Detail Cantuman
Text
Peran Para Suster SSpS dalam Mewujudkan Inklusivitas terhadap Kaum Difabel di Panti Rehabilitasi Kusta-Cacat St. Damian Unit Binongko dalam Terang Ensiklik Fratelli Tutti dan Relevansinya bagi Karya Pastoral Gereja terhadap Kaum Difabel
4030851201 | TESIS 0484 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
Ada tiga tujuan penulisan karya ini. Pertama, menjelaskan peran para suster SSpS dalam upaya mewujudkan inklusivitas terhadap kaum difabel di Panti Rehabilitasi Kusta-Cacat St. Damian Unit Binongko ditinjau dari ensiklik Fratelli Tutti. Kedua, menjelaskan relevansi peran para suster SSpS tersebut bagi karya pastoral Gereja terhadap kaum difabel. Ketiga, untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Magister Teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah studi dokumen atau literatur, wawancara, dan observasi partisipatoris. Studi dokumen atau literatur dilakukan dengan mengkaji sejumlah dokumen atau literatur yang berhubungan dengan tema penelitian. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi secara langsung dari narasumber penelitian. Observasi partisipatoris dilakukan untuk mengalami secara langsung kehidupan di lokasi penelitian. Asumsi dasar penelitian ini adalah ditinjau dari ensiklik Fratelli Tutti, para suster SSpS memiliki peran penting dalam mewujudkan inklusivitas terhadap kaum difabel di Panti Rehabilitasi Kusta-Cacat St. Damian Unit Binongko. Peran tersebut memiliki relevansi bagi karya pastoral Gereja terhadap kaum difabel. Hasil penelitian ini memberikan jawaban afirmatif terhadap asumsi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari ensiklik Fratelli Tutti, para suster SSpS memiliki peran penting dalam mewujudkan inklusivitas terhadap kaum difabel. Peran tersebut paling kurang mencakup enam hal. Pertama, mengangkat harkat dan martabat kaum difabel. Hal ini dilakukan dengan melibatkan kaum difabel dalam berbagai kegiatan bersama, baik di dalam maupun di luar panti. Selain itu, mereka juga dipercayakan untuk mengelola unit-unit usaha milik panti. Kedua, memberdayakan kaum difabel lewat proses rehabilitasi. Ini merupakan peran yang paling sentral dari para suster SSpS di panti rehabilitasi kusta-cacat St. Damian. Proses rehabilitasi yang dijalankan di panti rehabilitasi ini mencakup rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Melalui proses rehabilitasi, kaum difabel diberdayakan sehingga mereka memiliki kekuatan dan keterampilan untuk kembali ke tengah masyarakat. Ketiga, melaksanakan program pemberdayaan berkelanjutan terhadap kaum difabel. Proses pemberdayaan tidak hanya berakhir di panti. Pemberdayaan berkelanjutan dilakukan dengan pengecekan alat bantu gerak dan pemberian modal usaha bagi para mantan kelayan supaya mereka bisa hidup mandiri di tengah masyarakat. Keempat, membangun persaudaraan dan persahabatan sosial dengan kaum difabel. Hal ini dilakukan dengan membangun komunitas yang inklusif yang mengintegrasikan semua difabel dari berbagai latar belakang, seperti usia, jenis kelamin, jenis difabilitas, agama, dan sebagainya. Sebagai komunitas yang inklusif, struktur bangunan panti juga dirancang untuk dapat diakses oleh kaum viii difabel. Kelima, membangun solidaritas dengan kaum difabel. Solidaritas dengan kaum difabel ditunjukkan oleh para suster dengan hadir dan terlibat secara langsung dalam proses rehabilitasi di panti. Melalui panti ini, para suster melayani, merawat, dan memberdayakan kaum difabel dengan tujuan agar mereka bisa mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak hanya bekerja untuk kaum difabel, tetapi juga bekerja bersama dengan mereka, sehingga para difabel di panti merasa dihargai dan diterima. Keenam, peran edukatif. Tujuannya adalah untuk mengedukasi masyarakat agar bisa menerima kehadiran kaum difabel. Adapun relevansi hasil penelitian ini bagi karya pastoral Gereja terhadap kaum difabel adalah pertama, pemberdayaan kaum difabel. Tujuannya adalah agar kaum difabel memiliki keterampilan untuk menunjang kehidupan dan masa depan mereka, sehingga mereka bisa mandiri. Lewat proses pemberdayaan, kaum difabel juga memiliki kekuatan dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Kedua, membangun komunitas Gereja yang inklusif. Ini merupakan langkah penting yang harus ditempuh oleh Gereja demi menjamin partisipasi dan keterlibatan kaum difabel dalam komunitas Gereja. Ketiga, upaya penyadaran umat. Tujuannya adalah untuk mengedukasi umat agar memiliki pemahaman yang lebih baik tentang difabilitas serta lebih terbuka untuk menerima kehadiran kaum difabel.
Judul Seri | - |
No. Panggil | TESIS 0484 |
Penerbit | : Ledalero-Maumere., 2022 |
Deskripsi Fisik | xiii + 162 hlm.; 18,5 cm x 29 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | - |
Klasifikasi | 0484 |
Tipe Isi | text |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | - |
Subyek | Kaum Difabel Panti Rehabilitasi Kusta-Cacat Ensiklik Fratelli Tutti, |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Wilfridus Lerisam |
Tidak tersedia versi lain