Novel yang berjudul “Balada Becak” merupakan novel buatan Y.B. Mangunwijaya. Romo Mangun membuat buku ini sebagai salah satu novel pertama yang ia buat. Novel ini mengisahkan tentang kisah cinta sederhana dari tahun 80-an. Bahasa sastra yang menarik pembaca untuk meresapi dan kembali membayangkan masa itu. Novel ini dapat membuat pembacanya seolah-olah masuk dalam kisah. Novel roman yang dibumbui dengan kearifan lokal dan kisah jerih payah orang bekerja pada jaman itu.
Bagian awal menceritakan tentang situasi kisah. Seting kisah ini sangat sederhana tetapi kaya dengan berbagai sudut pandang penulis. Fokus keadaan yang jelas bisa dibayangkan oleh pembaca mengenai detail situasi pada kala itu. Kondisi lingkungan dan situasi orang pinggiran kota yang ramai tetapi masih kental dengan budaya desa dan hiruk pikuknya. Bagian ini mengantar pembaca agar sungguh-sungguh masuk ke suasana yang diciptakan oleh penulis sehingga kisah ini mulai hidup dalam imajinasi pembaca.
Seorang pemuda bernama Yusuf, adik dari seorang pemilik bengkel mobil, mulai terlibat dalam suatu tanggung jawab untuk menggantikan peran ayahnya yang sedang sakit. Ia mempunyai tanggung jawab mengantar Riri dan Ibunya (Bu Dul) ke restoran gudeg dilakoninya setiap hari, setiap pagi. Segunung nangka muda (gori) ada di becak, di atas gori masih ada Bu Dul, Yusuf mengayuh dan mengemudikan becak beserta Riri yang membonceng di belakangnya. Sorenya, Yusuf menjemput kembali mereka berdua hingga pulang ke rumah.
Tanggung jawab ini membawa Yusuf pada kisah-kasih bersama Riri yang sudah lama menyukainya. Yusuf yang awalnya menyukai seorang gadis pemilik mobil yang ia pernah perbaiki, perlahan jatuh hati pada Riri. Keseharian mengantar jemput Riri menggunakan becak ayahnya seperti menjadi cara mereka untuk semakin dekat. Kisah mereka yang sederhana dan manis semakin tampil manis dengan adanya teman-teman di bengkel Yusuf, kegiatan ronda kampung, hingga insiden pencurian mobil. Kejadian demi kejadian membawa Yusuf dan Riri pada keyakinan hati untuk semakin mengerti satu sama lain.
Kisah ini memang sederhana tetapi cukup manis menjadi kisah yang mungkin bisa dibaca sampai selesai sambil duduk santai. Hal-hal sederhana dapat diungkapkan dalam dinamika hidup desa. Hal yang sederhana ini dapat diambil sebagai salah satu pembelajaran bahwa suatu kesederhanaan dapat membawa pada hal yang lebih kaya makna dan berharga.