Detail Cantuman
Text
Tahun yang Tak Pernah Berakhir: Memahami Pengalaman Korban 65 Esai-esai Sejarah Lisan
1032567201 | 901 TAH t C-1 | PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan |
Banyak buku mengenai peristiwa '65 telah terbit dengan menyajikan berbagai macam sudut pandang. Buku ini menawarkan suatu metode penelitian sejarah yang disebut sebagai 'sejarah lisan'. Sejarah lisan bukanlah istilah yang akrab di telinga banyak orang Indonesia. Mungkin istilah itu malah dianggap aneh karena pemahaman umum mengenai sejarah adalah studi tentang masa lalu berdasarkan dokumen tertulis. Ketika mendengar bahwa penelitian dalam buku ini dilakukan dengan cara wawancara lisan, banyak orang ragu, apakah tidak mungkin narasumber yang diwaawancarai berkata benar?
Pertanyaan ini mencerminkan persepsiyg terdistorsi mengenai penelitian dan penulisan sejarah. Jika dikatakan bahwa suatu penelitian sejarah dilakukan dengan meneliti arsip, maka tidak akan muncul pertanyaan serupa yang meragukan kebenaran arsip yang bersangkutan.
Metode penelitian yang dipakai dalam penyusunan esai-esai dalam buku ini mencoba untuk mengajukan ingatan sosial yang dimiliki oleh korban peristiwa '65. Yaitu ingatan sosial yang berbeda dengan ingatan sosial yang dibentuk oleh pemerintahan Soeharto selama ini. Buku ini menjadi semacam dokumentasi ingatan sosial korban yang selama ini tercerai di dalam kegelapan kebohongan. Kebanyakan korban ingin menentang ingatan sosial yang menganggap mereka sebagai setan dan pengkhianat. Mereka ingin mengungkapkan cerita bahwa mereka adalah orang baik, bermartabat, patriotik yang kemudian dikorbankan. Buku ini tidak lantas ingin menampilkan mereka sebagai malaikat, karena merekapun tidak ingin terlihat seperti itu. Mereka ditampilkan sebagai manusia, yang tidak lebih baik atau lebih buruk daripada manusia yang lain, yang tidak pantas diperlakukan seperti apa yang mereka alami. Prinsip para penyusun dan penulis buku ini sederhana saja: tak seorangpun, terlepas dari latar belaakng dan masa lalunya, boleh diculik, disiksa, diperkosa, dipaksa bekerja tanpa upah, ditembak mati, dan dikubur dalam kuburan massal atau ditahan tanpa pengadilan atas alasan apapun.
Pertanyaan ini mencerminkan persepsiyg terdistorsi mengenai penelitian dan penulisan sejarah. Jika dikatakan bahwa suatu penelitian sejarah dilakukan dengan meneliti arsip, maka tidak akan muncul pertanyaan serupa yang meragukan kebenaran arsip yang bersangkutan.
Metode penelitian yang dipakai dalam penyusunan esai-esai dalam buku ini mencoba untuk mengajukan ingatan sosial yang dimiliki oleh korban peristiwa '65. Yaitu ingatan sosial yang berbeda dengan ingatan sosial yang dibentuk oleh pemerintahan Soeharto selama ini. Buku ini menjadi semacam dokumentasi ingatan sosial korban yang selama ini tercerai di dalam kegelapan kebohongan. Kebanyakan korban ingin menentang ingatan sosial yang menganggap mereka sebagai setan dan pengkhianat. Mereka ingin mengungkapkan cerita bahwa mereka adalah orang baik, bermartabat, patriotik yang kemudian dikorbankan. Buku ini tidak lantas ingin menampilkan mereka sebagai malaikat, karena merekapun tidak ingin terlihat seperti itu. Mereka ditampilkan sebagai manusia, yang tidak lebih baik atau lebih buruk daripada manusia yang lain, yang tidak pantas diperlakukan seperti apa yang mereka alami. Prinsip para penyusun dan penulis buku ini sederhana saja: tak seorangpun, terlepas dari latar belaakng dan masa lalunya, boleh diculik, disiksa, diperkosa, dipaksa bekerja tanpa upah, ditembak mati, dan dikubur dalam kuburan massal atau ditahan tanpa pengadilan atas alasan apapun.
Judul Seri | - |
No. Panggil | 901 TAH t |
Penerbit | ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) : Jakarta., 2004 |
Deskripsi Fisik | x + 253 hlm.; 26 cm. |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | 979-8981-26-X |
Klasifikasi | 901 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cetakan ke-1 |
Subyek | Esai-esai Sejarah |
Info Detil Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | John Roosa, Ayu Ratih, Hilmar Farid |
Tidak tersedia versi lain